Hai hoho udah lama banget gak bercerita panjang lebar...
Apa kabar?
Hmm kemarin aku sempet keinget sama isi blog ku yang kayanya udah lama gak update sebuah cerita tentang rasa yang tak kunjung usai...
kali ini aku kembali dengan berita baik...
Yaa... Aku menemukan penghujung cerita.
Rasanya cukup menyedihkan saat aku baca postingan terakhir tentang Story Close Friend Ranca Upas...
Kenapa aku terlihat menyerah pada cerita itu?
Kenapa seperti aku mundur begitu saja?
Engga, ternyata aku gak menyerah.. Aku gak mundur sedikit pun..
Tapi kali ini, aku membuka jalan baru.
Anggap saja aku keluar dari jalan yang tak sewarna dengan ku.
Aku berhenti berjalan di Warnanya Anggi.
aku berhenti berjalan dibelakangnya.
aku berhenti mengejarnya...
Semenjak cerita terakhir, aku memutuskan untuk menutup Story Anggi..
bukan tanpa alasan, aku hanya menghidari perasaan yang tak ingin aku rasakan.
aku menghidari rasa sakit yang mungkin akan datang kepada aku lewat cerita yang dia bagikan.
Aku menutupnya... dan tak melihatnya lagi.
Sesekali ada saja temanku yang tiba2 menghubungiku dengan mengirimkan sinyal "Mayday Mayday!!"
Hahaha... Mereka begitu perhatian padaku, sampai2 mereka melarang ku untuk membuka story Anggi di beberapa momen...
Ternyata aku tau, mungkin isi ceritanya akan begitu menyakitkan jika aku lihat.
Setelah beberapa lama aku menghiraukan semua tentang dia,
ternyata aku sadar akan sebuah perumpaan perjalanan aku selama ini.
Tanpa aku sadari sebelumnya...
Ternyata selama ini aku seolah berjalan di Jalan bewarna Hijau..
Tidak, itu bukan jalanku...
Aku adalah si Biru.
Aku sedang berjalan di jalur orang lain yang dimana orang itu berada di depanku.
Ia Berwarna Hijau, yang sedang berjalan dijalurnya Hijau.
Aku...
berada di jalurnya...
Hanya karena aku tertarik dengan warnanya.
Semakin aku berjalan mengikutinya...
Aku semakin penasaran dengan insan di depanku.
Sayangnya, jalannya semakin cepat menjauhiku..
Mungkin karena ini bukan jalurku, kakiku tidak berjalan secepat dia yang ada di depanku.
Aku sekuat tenaga mengejarnya, dan terus terfokus padanya.
Tapi, Semakin hebat juga dia berlari di jalurnya..
Semakin lama rasanya semakin jauh aku ditinggalnya.
Mataku kesulitan berfokus pada dia yang semakin jauh didepanku.
Sampai akhirnya aku benar-benar kelelahan.
Aku kelelahan karena terus mengejar ketertinggalan.
Mataku sudah tak bisa melihat sosoknya lagi.
Dia sudah sangat jauhhh berlari di depan sana.
Disaat itu aku berhenti sejenak.
Menarik napas ku sedalam-dalamnya.
Aku tersadar...
Dia...
Tidak pernah menoleh kebelakang.
Dia tidak pernah menunggu ku.
Dia, tidak peduli akan keberdaan ku di belakangnya.
Pada akhirnya aku hanyalah si Biru yang ditinggal sedirian di jalur Hijau.
Aku melihat sekelilingku..
Rasanya seperti ada banyak cermin besar yang mengelilingi ku,
Cermin-cermin ini seperti sengaja ditempatkan oleh Orang di depanku itu.
Dia seakan2 meninggalkan cermin di setiap langkahnya,
Hanya agar aku yang berada di belakangnya,
dapat sesekali menoleh ke sekeliling,
dan bercermin dengan begitu jelas.
Akhirnya..
Aku menemukannya..
Aku menemukan cermin2 yang ditinggalkannya itu.
Semakin aku melihat ke arah cermin itu,
rasanya semakin jelas.
"Aku tidak seharusnya ada disini"
Aku menginjak jalur berwarna Hijau,
Dimana aku adalah Si Biru.
Kita tidak sewarna.
Aku memaksakan berjalan dijalur yang salah.
Mungkin itu sebabnya, selama ini aku mudah kelelahan saat berjalan.
Rasanya begitu berat seperti ada penghabat aku untuk berlari mengejarnya.
Tentu itu karna aku tidak berjalan di jalurku yang seharusnya.
Cermin-cermin besar ini adalah sebuah pesan dari dia yang sudah berada jauh di depanku..
Semua cermin ini seperti berkata "Lihatlah dirimu... Kamu tidak seharusnya ada disini!"
Aku terdiam.
Aku mengasihani diriku sendiri, kemudian menangis
Rasanya aku telah melakukan kejahatan pada diriku sendiri.
Kenapa?
Kenapa aku harus menyakiti diri ku sendiri hanya untuk seseorang
yang sejak awal sudah jelas tujuannya tidak pernah ada aku
Aku sekuat tenaga menjadi baik untuk orang lain
Tapi aku mengabaikan diriku sendiri.
Rasanya ternyata lebih sakit dari pada aku menyadari bahwa orang yang aku pilih,
Tidak pernah mau memilihku.
Kakiku sakit karna terus berlari dijalur yang salah.
Aku kelelahan..
Sangat lelah...
Ingin aku kembali berjalan ke titik awal,
dan tak pernah berjalan di jalur Hijau.
Namun terlalu jauh jika harus kembali ke awal.
Aku berdiri,
Menghadap cermin yang begitu besar.
Entah mengapa mulai muncul amarah dan rasa kesal.
Apakah aku merasa sedang disia-siakan?
Sungguh Muak.
Aku memukul cermin yang ada di depanku.
Mereka hancur begitu saja.
Namun aku menemukan jalur baru,
Jalur berwarna biru yang mengarah ke arah lain.
Mungkin ini seperti jawaban dari rasa lelahku.
Kemudian kaki kanan ku mulai melangkan ke luar Jalur Hijau ini.
Dan aku pun mulai berdiri di Jalur Biru.
Jalur yang sewarna dengan ku.
Entah mengapa rasanya seperti aku keluar dari dunia lain yang terus menolakku.
Aku tak perlu kembali ke awal untuk memulihkan semuanya.
Aku kini berjalan dijalurku.
Aku ada didunia ku sendiri.
Alur perumpamaan itu datang begitu saja di pikiranku.
Ya.. Rasanya lega.
Rasa Sakit itu sudah tidak ada.
Aku kembali pada rasa yang seharusnya ada sejak awal.
Aku melepasnya.
Ternyata, tak perlu aku melupakan semua yang pernah terjadi dan mereset semua dari awal.
Pada akhirnya aku dapat menemukan jalanku sendiri.
Tak ada lagi yang aku kejar..
Tak ada lagi yang mengabaikan ku.
Semua yang telah terjadi padaku, diijinkan untuk selalu tinggal bersamaku
sebagai sebuah kenangan pahit manis yang pernah mewarnai ceritaku.
Singkatnya,
Tak mungkin ada Blog ini, jika bukan karena aku yang sempat berjalan di jalur yang salah.
Aku bahagia telah melewati semuanya.
Cerita kisah cinta ini dimulai dengan alur yang begitu membuatku bahagia.
Bertemu dengannya kala itu membuat aku sadar bahwa aku juga berhak merasakan rasanya dicintai.
Walau pada akhirnya, kita tetap menemukan titik akhir pertemuan kita.
Anggap saja waktu kita sudah selesai.
Dia mungkin akan menjadi tokoh utama kisah cinta aku yang tak mudah tergantikan.
Tapi aku yakin, kelak aku akan menemukan sosok Tokoh Utama yang sebenarnya, yang takan pernah sekalipun tergantikan.
Aku bersyukur telah melalui kisah ini dengan waktu tempuh yang cukup panjang.
Bersyukur merasakan segala perasaan yang telah ia berikan padaku.
Rasa suka, rasa bahagia, rasa cemburu, hingga rasa yang terabaikan.
Anggap saja ini cerita "First Love" ku yang aku mulai dari umur 13 Tahun,
dan aku akhiri di umurku yang ke 23 Tahun.
Akan aku kenang ia sebagai tokoh utama masa lalu ku.
Terima kasih telah hadir dan berbagi cerita seru.
Mari mulai berteman, seperti kita di awal cerita.