Translate

Minggu, Februari 04, 2018

Twenty Four [1]

     TWENTY FOUR

-VOLUME-


“hei kambing!” rutinitas sapaan yang selalu aku dengar setiap pagi, tepatnya saat ku mulai memasuki gerbang sekolah. “Sialan, bocah itu lagi.” Sambil ku berjalan lurus tanpa menoleh pada sapaan itu. Seharusnya aku sudah siap dengan apa yang akan terjadi setelah sapaan itu terdengar, tapi aku selalu lupa bahwa setelah sapaan itu berhenti “Kambing! selamat pagi pesek”. Ya, akan ada seseorang dengan kencang menabrakku dari belakang. Leo. Pria bodoh itu adalah teman karib ku. “aish! LEO! Stupid boy!!” teriakanku begitu kencang setiap kali aku terkejut saat Leo menyapaku dengan tingkah bodohnya. Tak sekalipun aku mendapatkan permintaan maaf darinya karena selalu bertingkah gila kepada ku. Aku memang seperti tak memiliki kehormatan sebagai putri saat sedang bersama dia, dan kurasa ia memang tak merasa bersalah dengan itu.

Aku terlahir dengan nama asli Park Mina, saat ini aku berstatus sebagai siswi tingkat 3 di Hwarang Junior High School. Aku berada satu sekolah dengan teman karib ku, Leo. Tetapi kita berada di kelas yang berbeda, syukurlah. Aku tak dapat membayangkan jika kita berada disatu kelas yang sama, mungkin aku akan menjadi bulan bulanan ia selama berada di kelas.

Lee Yong Gi, adalah nama asli Leo. Entah mengapa aku merasanya nyaman memanggil namanya seperti itu ketimbang dengan panggilan nama aslinya. Walaupun “Leo” terdengar lebih keren, tapi aku tak bermaksud memberikan kesan keren kepadanya nya. Leo adalah jenis bintang milik Yong Gi, dengan kelahiran di bulan ke 8. Yah mungkin karena itu pula, ia sering memanggilku “Kambing”, karena bintang milik ku adalah Capricorn yang berlambang seekor kambing, dengan kelahiran di bulan pertama.

Entah ia memiliki kemampuan supernatural seperti apa, entah dimana ia meletakan GPS nya pada ku. Setiap saat, kapan pun, dimana pun aku berada ia akan mengetahui letak keberadaan ku. Aku tak paham dengan apa yang ada di dalam otaknya, ia selalu berkata “aku kan sahabat mu, itu seperti wajar aku mengetahui keberadaan mu. Karena aku adalah hantu pengikut mu”. Pernyataan konyol yang selalu ia berikan setiap kali aku bertanya, mengapa ia seperti cctv utama ku.

“Lee Yong Gi!!! Lee Yong Gi!! Yong Gi oppa!!!”, suara teriakan para wanita itu akan selalu terdengar sesaat setelah bel istirahat berbunyi, dan setelah itu “Mina-san!!”. Leo akan muncul di jendela samping tempat duduk ku, dengan dikelilingi oleh para wanita buta yang mengidam-idamkan pria bodoh ini. Leo memang memiliki wajah yang menarik, dan otak yang cerdas. Ia adalah salah satu siswa berprestasi di bidang sains, tapi itu tak cukup membuat ku terpesona padanya. Tingkah konyol yang selalu mengganggu, membuat ku merasa keliru jika menilai dia sebagai pria idaman wanita.

Seperti biasanya, saat jam istirahat Leo akan mengajakku makan siang bersama. Entah itu pergi ke kantin untuk makan makanan sekolahan, atau terkadang kita kabur diam diam hanya untuk mencari makanan di luar sekolah yang tentu saja rasanya lebih menarik dibanding dengan makanan kantin sekolah. Tapi ketika kita merasa malas pergi makan, biasanya kita hanya pergi ke ruang music untuk mengambil gitar sekolah kemudian berdiam diri di sanggar tari.

Kami tergabung dalam 2 ekskul yang berbeda. Leo dengan ekskul music nya, dan aku dengan ekskul tari ku. Kami berdua sama sama mendalami bidang seni modern. Maka dari itu, tak jarang kami akrab hanya saat menikmati sebuah music yang cocok dengan jiwa seni kami. Saat kami berada di sanggar tari, kami akan memainkan music dengan full volume. Kami berani seperti itu karena hanya ada kami berdua di sanggar itu, dan letak sanggar tari cukup jauh dari kerumunan orang dan kelas. Saat music dimaikan, aku akan dengan otomatis menggerakkan seluruh badan ku dan mulai menari. Begitu pun dengan Leo, yang akan mulai menunjukan keterampilan jarinya bermain chord gitar.

Jika bel pulang berbunyi, Leo akan setia berdiri lagi di samping gerbang sekolah untuk menunggu ku. Namun saat pulang sekolah, ia tak akan mengagetkan ku seperti setiap pagi, ia hanya akan tersenyum dan mulai jalan disampingku saat aku melewati gerbang. Rumah kami tak berdekatan, hanya saja berada di satu arah yang sama. Rumah Leo berada lebih jauh dari pada rumah ku. Biasanya kita membicarakan banyak hal konyol dan tak penting saat diperjalanan pulang. Tak jarang kami berdua membuat gaduh saat di kereta, karena menertawakan kekonyolan percakapan kami. Aku harap kau bahagia Leo.

Halo semua..

Aku gak tau kalo ternyata menjadi manusia itu harus Sempurna.

Minggu, 19 Januari 2025 Masih awal tahun ya... Tapi hari ini aku tau, ternyata aku masih belum sebaik itu untuk hidup di dunia. Dengan adany...