TWENTY FOUR
-VOLUME-
“hei kambing!” rutinitas sapaan yang
selalu aku dengar setiap pagi, tepatnya saat ku mulai memasuki gerbang sekolah.
“Sialan, bocah itu lagi.” Sambil ku berjalan lurus tanpa menoleh pada sapaan
itu. Seharusnya aku sudah siap dengan apa yang akan terjadi setelah sapaan itu
terdengar, tapi aku selalu lupa bahwa setelah sapaan itu berhenti “Kambing!
selamat pagi pesek”. Ya, akan ada seseorang dengan kencang menabrakku dari
belakang. Leo. Pria bodoh itu adalah teman karib ku. “aish! LEO! Stupid boy!!”
teriakanku begitu kencang setiap kali aku terkejut saat Leo menyapaku dengan
tingkah bodohnya. Tak sekalipun aku mendapatkan permintaan maaf darinya karena
selalu bertingkah gila kepada ku. Aku memang seperti tak memiliki kehormatan
sebagai putri saat sedang bersama dia, dan kurasa ia memang tak merasa bersalah
dengan itu.
Aku terlahir dengan nama asli Park
Mina, saat ini aku berstatus sebagai siswi tingkat 3 di Hwarang Junior High
School. Aku berada satu sekolah dengan teman karib ku, Leo. Tetapi kita berada
di kelas yang berbeda, syukurlah. Aku tak dapat membayangkan jika kita berada
disatu kelas yang sama, mungkin aku akan menjadi bulan bulanan ia selama berada
di kelas.
Lee Yong Gi, adalah nama asli Leo.
Entah mengapa aku merasanya nyaman memanggil namanya seperti itu ketimbang
dengan panggilan nama aslinya. Walaupun “Leo” terdengar lebih keren, tapi aku
tak bermaksud memberikan kesan keren kepadanya nya. Leo adalah jenis bintang
milik Yong Gi, dengan kelahiran di bulan ke 8. Yah mungkin karena itu pula, ia
sering memanggilku “Kambing”, karena bintang milik ku adalah Capricorn yang
berlambang seekor kambing, dengan kelahiran di bulan pertama.
Entah ia memiliki kemampuan
supernatural seperti apa, entah dimana ia meletakan GPS nya pada ku. Setiap
saat, kapan pun, dimana pun aku berada ia akan mengetahui letak keberadaan ku.
Aku tak paham dengan apa yang ada di dalam otaknya, ia selalu berkata “aku kan
sahabat mu, itu seperti wajar aku mengetahui keberadaan mu. Karena aku adalah
hantu pengikut mu”. Pernyataan konyol yang selalu ia berikan setiap kali aku bertanya,
mengapa ia seperti cctv utama ku.
“Lee Yong Gi!!! Lee Yong Gi!! Yong Gi
oppa!!!”, suara teriakan para wanita itu akan selalu terdengar sesaat setelah
bel istirahat berbunyi, dan setelah itu “Mina-san!!”. Leo akan muncul di
jendela samping tempat duduk ku, dengan dikelilingi oleh para wanita buta yang
mengidam-idamkan pria bodoh ini. Leo memang memiliki wajah yang menarik, dan
otak yang cerdas. Ia adalah salah satu siswa berprestasi di bidang sains, tapi
itu tak cukup membuat ku terpesona padanya. Tingkah konyol yang selalu
mengganggu, membuat ku merasa keliru jika menilai dia sebagai pria idaman
wanita.
Seperti biasanya, saat jam istirahat
Leo akan mengajakku makan siang bersama. Entah itu pergi ke kantin untuk makan
makanan sekolahan, atau terkadang kita kabur diam diam hanya untuk mencari
makanan di luar sekolah yang tentu saja rasanya lebih menarik dibanding dengan
makanan kantin sekolah. Tapi ketika kita merasa malas pergi makan, biasanya
kita hanya pergi ke ruang music untuk mengambil gitar sekolah kemudian berdiam
diri di sanggar tari.
Kami tergabung dalam 2 ekskul yang
berbeda. Leo dengan ekskul music nya, dan aku dengan ekskul tari ku. Kami
berdua sama sama mendalami bidang seni modern. Maka dari itu, tak jarang kami
akrab hanya saat menikmati sebuah music yang cocok dengan jiwa seni kami. Saat
kami berada di sanggar tari, kami akan memainkan music dengan full volume. Kami
berani seperti itu karena hanya ada kami berdua di sanggar itu, dan letak
sanggar tari cukup jauh dari kerumunan orang dan kelas. Saat music dimaikan,
aku akan dengan otomatis menggerakkan seluruh badan ku dan mulai menari. Begitu
pun dengan Leo, yang akan mulai menunjukan keterampilan jarinya bermain chord
gitar.
Jika bel pulang berbunyi, Leo akan setia berdiri lagi di samping gerbang sekolah untuk menunggu ku. Namun saat pulang sekolah, ia tak akan mengagetkan ku seperti setiap pagi, ia hanya akan tersenyum dan mulai jalan disampingku saat aku melewati gerbang. Rumah kami tak berdekatan, hanya saja berada di satu arah yang sama. Rumah Leo berada lebih jauh dari pada rumah ku. Biasanya kita membicarakan banyak hal konyol dan tak penting saat diperjalanan pulang. Tak jarang kami berdua membuat gaduh saat di kereta, karena menertawakan kekonyolan percakapan kami. Aku harap kau bahagia Leo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar