TWENTY FOUR
-I SEE YOU SEE ME-
Ini baru beberapa minggu aku mulai
kembali berkuliah, namun pikiran ku tetap tak tenang terus mengingat keadaan
Leo yang semakin membuat ku khawatir. Aku selalu mengatakan pada Leo jika aku
ingin sekali pulang, namun ia melarang ku dengan keras dan menyuruh ku untuk
fokus kuliah. Hingga suatu hari aku menelpon Leo, “aku akan pulang hari ini,
jadi tunggulah, aku akan mengunjungimu, jangan melarang ku!” begitulah kata ku.
Saat itu Leo tak melarang ku, ia hanya menjawab “aku tak akan melarang mu kali
ini, datang lah! Aku akan menunggu mu, aku yakin kau akan datang.” Begitulah
nada baiknya terdengar.
Hari ini aku memiliki jadwal kuliah
yang sangat sedikit, jadi aku bisa pulang lebih awal dari biasanya. Selama
diperjalanan, aku melakukan video call dengan Leo. Ia banyak bercerita seperti
biasanya, aku seperti orang gila yang terus tertawa sendiri karena mendengarkan
cerita konyol Leo. kami mengakhiri percakapan beberapa jam sebelum aku sampai
di terminal kota ku, Leo terlihat kelelahan hingga akhirnya ia meminta untuk
mengakhirinya. Sesampai di kota, aku
pulang terlebih dahulu untuk bertemu keluarga ku. aku beristirahat sejenak di
rumah, sebelum akhirnya aku mengunjungi Leo di rumah sakit. Saat aku terdiam di
kamar, aku menatap lama foto ku bersama Leo yang aku pajang di meja belajar ku,
aku menangis ketika aku mengingat semua kenangan bersama kami. Ia terlihat
selalu ceria, tak pernah kenal lelah, bahkan aku tak percaya dengan apa yang
terjadi dengannya sekarang.
Aku tak kuat jika terus menangisinya,
aku hanya ingin bertemu dengan nya sekarang. Aku pun segera bersiap menuju
rumah sakit. sesaat setelah aku menutup pintu rumah ku, aku melihat ibunda Leo
yang berdiri di depan pagar rumahku. Aku segera menghapirinya, namun saat aku
sampai di depannya, ia terlihat menahan air mata yang akan menetes. Ia dengan
sigap memeluk ku sambil menangis, ia bahkan berulang kali meminta maaf padaku,
ia mengatakan jika ia telah berbohong kepadaku karena Leo yang memintanya, dan
ia memohon pada ku untuk memaafkan Leo. aku pun berulang kali mengatakan “Iya
tante, aku memaafkannya. Tenanglah”, namun ia sama sekali tak berhenti menangis
dengan tangannya yang terus memeluk ku.
“terima kasih kau telah memaafkan anak
ku, sekarang aku mohon kau jangan menangis.” Begitulah katanya saat ia mulai
melepaskan tangannya, “Ikhlaskan Yong Gi yang telah pergi, aku sangat memohon”
lanjutnya setelah ia sempat behenti sejenak setelah menangis. Aku terdiam
membeku saat mendengar kalimat terakhir itu, aku seakan mati rasa saat otak ku
mencari maksud dari kata Yong Gi telah pergi.
Tanpa banyak bertanya, air mataku
mulai keluar, badan ku terasa sangat lemas, aku terjatuh dihadapan ibunda Leo,
aku membeku tanpa kata. Ibunda Leo memeluk ku dengan erat, ia terus mengatakan
“kau bejanji untuk tidak menangis, jangan menangis, berhentilah ku mohon”
disaat tangisan ku mulai tak terkendali. Aku menangis bukan karena merasakan
kesedihan, aku menangis karena sakit hati yang sangat perih yang aku rasakan.
Aku tak bisa membuka mulutku untuk mengatakan satu kata pun, aku hanya menangis
menahan rasa sakit yang menyesakan dadaku. Aku menangis di pelukan ibunda Leo.
Leo membohongiku lagi.
Tepat dihari yang sama, Leo
dimakamkan. Aku hanya membeku terdiam di depan pemakaman, ibunda Leo terus
menahan ku karena tubuhku sangat lemas. Aku melihat Leo yang mulai dimakamkan,
aku tak bisa melihat wajahnya untuk terakhir kali, itu sangat membuat ku sakit.
Hari ini aku hanya ingin bertemu dengannya, berbincang dengan nya, bukan
melihatnya dimakamkan. Aku seperti hidup namun tak sadarkan diri. “Ini bukan
yang aku inginkan” begitulah hati k uterus menggerutu. Saat pemakaman selasai,
aku tak langsung meninggal pemakaman. Aku hanya terduduk di samping makam Leo,
aku tak percaya nama Leo tertera di nisan itu, membacanya pun sangat membuat
hatiku sakit. Tubuhku semakin terasa lemas, penglihatanku mulai kabur, namun
tunggu, seseorang yang aku kenal terlihat di samaran penglihatanku, setelah itu
aku tak sadarkan diri.
Saat aku terbangun, aku sudah berada
di kamar ku. aku merasa sangat pusing, mataku terasa sangat perih. Aku
menundukan kepala ku, aku seperti setengah sadar. Saat aku mengangkat kepala
ku, aku melihat bayangan transparan, ia terlihat seperti Leo. Aku hanya
mengabaikannya, karena aku yakin itu bukanlah Leo.
Ya, saat kecil aku pernah memiliki
kemampuan melihat hal ghaib. Namun aku sudah menutupnya sejak aku masuk kelas 4
SD, karena itu membuat ku takut. Setelah itu aku hanya sekali-kali dapat meihat
hal seperti itu lagi, namun mereka tak terlihat begitu menyeramkan. Aku tak
berpikir yang aku lihat ini adalah Leo, karena aku yakin orang yang telah mati
tidak akan hidup kembali.
Semenjak kepergian Leo, aku hanya
beristirahat di kamar ku. aku tak banyak melakukan kegiatan, aku juga mengambil
cuti kuliah tambahan, bahkan aku tak memiliki nafsu makan. Aku sempat diperiksa
oleh psikiater, ia hanya mengatakan bahwa aku mengalami depresi ringan. Aku
pikir itu karena kepergian Leo. Aku hanya mengabiskan waktu ku di tempat tidur,
aku hanya menatap lagit pagi dan siang di jedela, dan memandangi langit malam
yang dihiasi oleh 24 bintang warna warni yang terlihat di jendela kamar ku.