Translate

Selasa, September 04, 2018

Twenty Four [8]

TWENTY FOUR

-I SEE YOU SEE ME-


Ini baru beberapa minggu aku mulai kembali berkuliah, namun pikiran ku tetap tak tenang terus mengingat keadaan Leo yang semakin membuat ku khawatir. Aku selalu mengatakan pada Leo jika aku ingin sekali pulang, namun ia melarang ku dengan keras dan menyuruh ku untuk fokus kuliah. Hingga suatu hari aku menelpon Leo, “aku akan pulang hari ini, jadi tunggulah, aku akan mengunjungimu, jangan melarang ku!” begitulah kata ku. Saat itu Leo tak melarang ku, ia hanya menjawab “aku tak akan melarang mu kali ini, datang lah! Aku akan menunggu mu, aku yakin kau akan datang.” Begitulah nada baiknya terdengar.

Hari ini aku memiliki jadwal kuliah yang sangat sedikit, jadi aku bisa pulang lebih awal dari biasanya. Selama diperjalanan, aku melakukan video call dengan Leo. Ia banyak bercerita seperti biasanya, aku seperti orang gila yang terus tertawa sendiri karena mendengarkan cerita konyol Leo. kami mengakhiri percakapan beberapa jam sebelum aku sampai di terminal kota ku, Leo terlihat kelelahan hingga akhirnya ia meminta untuk mengakhirinya.  Sesampai di kota, aku pulang terlebih dahulu untuk bertemu keluarga ku. aku beristirahat sejenak di rumah, sebelum akhirnya aku mengunjungi Leo di rumah sakit. Saat aku terdiam di kamar, aku menatap lama foto ku bersama Leo yang aku pajang di meja belajar ku, aku menangis ketika aku mengingat semua kenangan bersama kami. Ia terlihat selalu ceria, tak pernah kenal lelah, bahkan aku tak percaya dengan apa yang terjadi dengannya sekarang.

Aku tak kuat jika terus menangisinya, aku hanya ingin bertemu dengan nya sekarang. Aku pun segera bersiap menuju rumah sakit. sesaat setelah aku menutup pintu rumah ku, aku melihat ibunda Leo yang berdiri di depan pagar rumahku. Aku segera menghapirinya, namun saat aku sampai di depannya, ia terlihat menahan air mata yang akan menetes. Ia dengan sigap memeluk ku sambil menangis, ia bahkan berulang kali meminta maaf padaku, ia mengatakan jika ia telah berbohong kepadaku karena Leo yang memintanya, dan ia memohon pada ku untuk memaafkan Leo. aku pun berulang kali mengatakan “Iya tante, aku memaafkannya. Tenanglah”, namun ia sama sekali tak berhenti menangis dengan tangannya yang terus memeluk ku.

“terima kasih kau telah memaafkan anak ku, sekarang aku mohon kau jangan menangis.” Begitulah katanya saat ia mulai melepaskan tangannya, “Ikhlaskan Yong Gi yang telah pergi, aku sangat memohon” lanjutnya setelah ia sempat behenti sejenak setelah menangis. Aku terdiam membeku saat mendengar kalimat terakhir itu, aku seakan mati rasa saat otak ku mencari maksud dari kata Yong Gi telah pergi.

Tanpa banyak bertanya, air mataku mulai keluar, badan ku terasa sangat lemas, aku terjatuh dihadapan ibunda Leo, aku membeku tanpa kata. Ibunda Leo memeluk ku dengan erat, ia terus mengatakan “kau bejanji untuk tidak menangis, jangan menangis, berhentilah ku mohon” disaat tangisan ku mulai tak terkendali. Aku menangis bukan karena merasakan kesedihan, aku menangis karena sakit hati yang sangat perih yang aku rasakan. Aku tak bisa membuka mulutku untuk mengatakan satu kata pun, aku hanya menangis menahan rasa sakit yang menyesakan dadaku. Aku menangis di pelukan ibunda Leo. Leo membohongiku lagi.

Tepat dihari yang sama, Leo dimakamkan. Aku hanya membeku terdiam di depan pemakaman, ibunda Leo terus menahan ku karena tubuhku sangat lemas. Aku melihat Leo yang mulai dimakamkan, aku tak bisa melihat wajahnya untuk terakhir kali, itu sangat membuat ku sakit. Hari ini aku hanya ingin bertemu dengannya, berbincang dengan nya, bukan melihatnya dimakamkan. Aku seperti hidup namun tak sadarkan diri. “Ini bukan yang aku inginkan” begitulah hati k uterus menggerutu. Saat pemakaman selasai, aku tak langsung meninggal pemakaman. Aku hanya terduduk di samping makam Leo, aku tak percaya nama Leo tertera di nisan itu, membacanya pun sangat membuat hatiku sakit. Tubuhku semakin terasa lemas, penglihatanku mulai kabur, namun tunggu, seseorang yang aku kenal terlihat di samaran penglihatanku, setelah itu aku tak sadarkan diri.

Saat aku terbangun, aku sudah berada di kamar ku. aku merasa sangat pusing, mataku terasa sangat perih. Aku menundukan kepala ku, aku seperti setengah sadar. Saat aku mengangkat kepala ku, aku melihat bayangan transparan, ia terlihat seperti Leo. Aku hanya mengabaikannya, karena aku yakin itu bukanlah Leo.

Ya, saat kecil aku pernah memiliki kemampuan melihat hal ghaib. Namun aku sudah menutupnya sejak aku masuk kelas 4 SD, karena itu membuat ku takut. Setelah itu aku hanya sekali-kali dapat meihat hal seperti itu lagi, namun mereka tak terlihat begitu menyeramkan. Aku tak berpikir yang aku lihat ini adalah Leo, karena aku yakin orang yang telah mati tidak akan hidup kembali.

Semenjak kepergian Leo, aku hanya beristirahat di kamar ku. aku tak banyak melakukan kegiatan, aku juga mengambil cuti kuliah tambahan, bahkan aku tak memiliki nafsu makan. Aku sempat diperiksa oleh psikiater, ia hanya mengatakan bahwa aku mengalami depresi ringan. Aku pikir itu karena kepergian Leo. Aku hanya mengabiskan waktu ku di tempat tidur, aku hanya menatap lagit pagi dan siang di jedela, dan memandangi langit malam yang dihiasi oleh 24 bintang warna warni yang terlihat di jendela kamar ku.

Aku tidak sendirian, bayangan yang mirip dengan Leo itu terus saja menemani ku. Sesekali ia mengajak ku berbicara, namun aku mengabaikannya. Ia terus menemaniku selama ini, aku tak tau pasti ia itu makhluk apa, tapi ia seperti tak asing dengan diriku ini. Aku seperti menjadi gila. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halo semua..

Aku gak tau kalo ternyata menjadi manusia itu harus Sempurna.

Minggu, 19 Januari 2025 Masih awal tahun ya... Tapi hari ini aku tau, ternyata aku masih belum sebaik itu untuk hidup di dunia. Dengan adany...