TWENTY FOUR
-BIRTHDAY PARTY-
Sudah hampir satu tahun ini kita
menghabiskan waktu dengan segala bentuk ujian, dan hampir beberapa minggu
kebelakang aku dan Leo tak sempat makan siang, apalagi hingga kabur untuk makan
siang di luar sekolah. Kami sibuk mengerjakan segala tugas akhir semester, dan
hapalan persiapan ujian akhir yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Ya,
aku dan Leo kini hampir sampai dipenghujung tahun sekolah menengah pertama.
Tinggal hitungan hari lagi kita akan sah menjadi alumni Hwarang Junior High
School. Kami bahkan sudah mulai memilah sekolah mana yang akan kami tuju untuk
melanjutkan ke jenjang SMA, tak hanya itu kami pun mulai menjadi siswa rajin
yang selalu berada di perpustakaan hanya untuk mencari-cari soal ujian masuk SMA
favorit. Ini hal baru bagi ku yang pemalas dalam hal membaca, kurasa Leo memang
sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Aku terkadang merasa salut
dengannya, itu terjadi saat kita mulai belajar bersama, dan aku sudah mulai
merasa ngantuk, sedangkan Leo akan tetap fokus dengan buku pelajarannya.
“wahh.. ujian hari terakhir ko lebih
gampang yah. Tebak, posisi ku akan menurun atau tetap menjadi Leo nomer satu
disekolah? Hah?” dengan sombongnya ia bertanya seperti itu pada ku saat
perjalanan pulang di hari terakhir ujian sekolah. Aku tau, rasanya mustahil
jika aku dapat mengalahkan Leo yang selalu berada di posisi pertama tingkat
sekolah. Tingkah dia memang gila, tapi otak dia sangat super, bahkan ia sangat
sombong dengan otak supernya itu. “pertanyaan konyol. Bahkan aku sendiri
gelisah dengan posisi ku di kelas, naik? Bertahan? Atau malah menurun jauh? Ah
gilaaaa aku mulai gila memikirkan posisi seperti itu” jawab ku sambil benar
merasa gila saat memikirkan nilai akhir sekolah.
“naik”, hanya singkat saja jawaban yang
diberikan Leo. Sambil tersenyum, ia menggangkat kepalan tangannya, melambangkan
pemberian semangat kepada ku. Kurasa ia memang manusia yang baik. Ah aku
berharap akan mengalahkan mu suatu saat nanti.
“Mina sannn!! Ikutlah satu sekolah
dengan ku.” Begitu kata Leo. Ia mengajak ku untuk masuk satu sekolah yang sama
dengannya, sayangnya aku semakin tidak yakin dengan peluang masuk ku di sekolah
yang sama dengan Leo. “Sains
International School” sekolah tujuan Leo untuk melanjuti jenjang SMA nya.
Ia akan menjadi Albert Einstein disana, candanya. Sangat mustahil tentu, bahkan
hanya untuk lulus ujian masuknya saja, manusia bodoh sepertiku manabisa. Ah dia
selalu saja menganggap otak ku selevel dengan otak gilanya. Kurasa itu berada
di tingkat yang sangat jauh.
Besok kami harus datang sangat pagi ke
sekolah, karena upacara kelulusan kami akan dilaksanakan esok hari. Aku dan Leo
sepakat untuk berpenampilan paling menarik di acara ini, sebagai rangka
perayaan Leo yang tetap menjadi nomer satu disekolah, dan posisi ku yang
meningkat menjadi yang nomer satu di kelas.
Saat namaku dipanggil untuk maju ke
atas panggung, tingkah gila Leo mulai diperlihatkan kembali di depan umum, tapi
kali ini aku tak merasa geram dengan tingkah nya yang meneriakan nama ku dengan
kencang hingga terdengar sampai ujung aula, karena aku merasa berterima kasih
dengan apresiasi dan dukungan sahabatku itu. Sayangnya, teriakan nama ku itu
tak seheboh teriakan para wanita penggila Yong Gi, yang terus mereka teriakan
dari awal acara hingga penutupan upacara kelulusan. Hebatnya kekuatan
popularitas Yong Gi memang sangat tidak diragukan lagi, bahkan saat akhir acara
Leo mendapatkan banyak bouqet bunga dari ukuran yang sangat besar hingga yang
berukuran mini namun imut, sebagai ucapan selamat dari para wanita gila itu
yang diberikan untuk Yong Gi si manusia gila ini.
“wah kasian sekali kamu nak. Apa kau
sebegitu jeleknya hingga tak ada satu pria pun yang memberikan kado ucapan
selamat untuk mu? Aku sangat merasa kasian pada mu, mengapa kau tak sepopuler
sahabat ganteng mu ini? Cup cup kambing ku”. Ledekan Leo yang sudah sangat
malas aku dengar dari mulutnya, bahkan aku tak sejelek itu, itu hanya karena
mereka yang sangat mencintai ku sedang bersembunyi disana untuk mengagumi ku
dalam diam. Sialan, aku merasa benar benar jelek.
Sayangnya hari ini aku pun akan
memberikannya sebuah kado ucapan selamat, bukan ucapan kelulusan melainkan
ucapan selamat ulang tahun untuknya yang tepat di hari ini yang menginjak usia 15
tahun. Tapi kurasa aku akan memberikannya saat diperjalan pulang nanti, karena
jika aku memberikannya sekarang, maka para wanita pencinta Yong Gi itu akan
semakin menggila karena tau tanggal kelahiran Yong Gi yang sebenarnya.
“ya! Sekali ini saja, kau berterima
kasih lah pada ku. Karena aku masih mengingat hari kelahiran mu!.. hargailah
adik kecil mu ini, biarlah aku tak terlihat sebagi putri, tapi cobalah katakan
terima kasih pada ku sekali saja.” Begitulah kataku saat memotong pembicaraan
Leo yang sedang menceritakan hal tak penting seperti biasanya, sambil ku
berikan kado yang sudah ku persiapkan untuknya. “Waw!! Ku pikir kau
melupakannya, aku sangat menunggu kado itu, ku harap itu adalah jam tangan yang
aku minta padamu minggu lalu!.” Sambil mengambil kado dariku, dan membukannya,
sampai akhirnya ia sama sekali tak mengucapkan terima kasih pada ku. Memang
manusia kurang ajar. “ahh apa sebegitu pentingkah ucapan terima kasih?” Tanya
nya pada ku, “kupikir kau memang jauh dari kata menghargai, sudahlah kau memang
seperti itu. Aku sudah memakluminya sejak dulu.” Jawab ku atas pertanyaan
konyolnya itu.
“Tuan Putri!!” teriak nya saat tiba
tiba berhenti di belakang ku.”Kembang api disana sangat indah bukan?” Tanya Leo
padaku sambil menunjuk ke arah bukit kecil di dekat sungai menuju rumah kami.
Dengan tiba tiba Leo berlari menuju bukit kecil itu, seketika aku mengejarnya
sambil berteriak padanya, apa yang akan kita lakukan disana. “ayo kejar
pangeran mu ini tuan putri!!”, lelucon Leo memang tiada hentinya, ia menarikku
menaikin puncak bukit kecil itu, dan mengarahkan pandangan ku kepada letusan
letusan kembang api yang menghiasi langit malam saat itu. Memang indah, langit
yang awalnya berwarna gelap, kini berseri seri dihiasi oleh warna warni yang
keluar dari letusan kembang api besar. “birthday party yang sangat mengesankan”
bisik Leo yang tiba tiba bergumam saat sedang memandang letusan kembang api. Ah
syukurlah perayaannya tak membosankan seperti kado yang aku berikan, karena
uang ku tak cukup untuk membelikan jam tangan yang ia minta minggu lalu. Kurasa
harga kembang api itu sangat mahal, untunglah mereka siap menyumbangkan
sebagiannya, memang kerja sama yang baik antar komunitas seni ini. Terima kasih
untuk semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar