Translate

Jumat, Mei 04, 2018

Twenty Four [4]

 TWENTY FOUR

-THAT'S RIGHT, I LIKE YOU-


“tuuttt…tuutt…” suara handphone ku membuat ku terbangun sangat pagi hari ini, “oh telephone?” kata ku saat aku baru saja terbangun dengan setengah sadar ku. “Kambingggg!!!”, suara itu sangat ku kenal, Leo. Untuk apa ia menelephone ku pagi ini, kurasa ia akan menjahili ku lagi. “kampret! Ini masih pagi tolong… kalo mau jahil liat waktu dong.” Jawabku dengan sedikit nada tinggi memarahi Leo. “Apa kau lupa sekarang aku akan mengikuti olimpiade?” Tanya Leo pada ku dengan nada yang rendah tak seperti biasanya. “Ucapkan semangat pada sahabat cerdas dan tampan mu ini! Apa kau tak mengharapkan aku menang? Setidaknya ucapkan semangat untuk ku, jika kau sama sekali tak bisa datang melihatnya.” Pinta Leo padaku dengan nada yang aga tinggi, sepeti balik memarahi ku. “ah aku lupa, bahkan malam itu aku lupa mengucapkan semangat secara langsung untuknya” hati ku sedikit menggerutu merasa sangat bersalah karena melupakan sesuatu pada malam itu. “oh aku lupa, apa ini sudah waktunya kau mengikuti olimpiade? Kau tak memintaku untuk datang melihatnya. Sepagi inikah kau mulai berlomba? Lomba macam apa ini?” jawabku pada Leo, “ahh… semangatlah, aku tau kau memang memiliki otak yang gila, jika kau menang di olimpiade ini, aku akan menyetujuimu sebagai Albert Einstein generasi muda, pulanglah membawa piala kemenangan. Jangan kau buat terbangunnya aku di waktu sepagi ini menjadi sia sia. Paham kau?” lanjutku memberikan semangat untuk Leo. Aku tak pandai merengkai kata penyemangat, ku harap ia benar benar bersemangat hari ini, bahkan aku sangat berharap ia akan menjadi juaranya.

“tunggu saja.” Jawab Leo yang sangat singkat dan langsung mematikan telephonenya. Mengapa ia begitu aneh, mungkin hanya ada satu manusia di dunia ini yang seperti dia. Setelah telephone dari Leo tadi, aku tak bisa tertidur lagi, ini masih terlalu pagi untuk aku bersiap berangkat sekolah, bahkan langit masih begitu gelap. Aku memutuskan untuk bermain di halaman rumah ku sambil menunggu waktunya untuk bersiap pergi ke sekolah. Saat ku membuka pintu rumah ku, aku melihat kotak kecil yang berada di depan pintu masuk rumah ku. “ah ini dari Leo.” Ya, kotak itu adalah pemberian Leo. Semenjak kita berteman saat masih berada di tingkat pertama SMP, setiap 1 tahun sekali, dia akan memberikan kotak kecil yang berisikan 3 stiker 3D berbentuk bintang berwarna warni. Ini adalah kotak ke 4 yang Leo berikan padaku, ia bilang bintang itu adalah semangat yang ia berikan padaku sebagai sahabat terbaik ku. Aku tak mengerti dengan begitu banyak hal konyol yang ia lakukan, aku hanya menyimpan kotaknya dan menempelkan stiker stiker bintang itu di jendela kamar ku. Kurasa itu sedikit berguna saat malam hari.

Pagi ini seperti biasa aku melewati gerbang tanpa adanya sapaan dari Leo lagi, aku pikir aku merindukan momen itu. Saat jam istirahat, aku berkumpul dengan teman teman sekelas ku. Aku berteman dekat dengan sekelompok wanita di kelas, mereka berbeda dengan kelompok wanita lainnya yang selalu membicarakan tetang percintaan atau alat make up, mereka memiliki sifat yang cukup gokil menurut ku, mungkin tanpa mereka kelas ini akan terasa membosankan. Untuk pertama kalinya, aku membuka orbrolan di kelompok itu, berbeda seperti pembahasan biasanya, aku bertanya pada mereka tentang perasaan aneh ku yang belakangan ini selalu menjadi pertanyaan besar bagiku. Aku menceritakan semuanya pada mereka, dan mereka mendengarkannya dengan serius, awalnya aku merasa tak yakin untuk menceritakan hal ini pada mereka, karena kupikir ini adalah hal konyol yang tak perlu aku tanyakan pada orang lain, tapi aku salah. “Kau menyukainya” sahut Minsoo salah satu temanku dengan memotong pembicaraan ku. “ku pikir kau tidak hanya menyukainya, tapi kau sudah mencintainya, hanya saja kau tak percaya diri untuk mengakuinya” lanjutnya dengan nada yang serius. Teman ku yang lain pun meng-iyakan pendapat  Minsoo itu, tapi apakah benar aku seperti itu?

Saat perjalanan menuju station, Leo menelpon ku. “Kambing!! Tunggu aku di station”, setelah mengatakan itu ia mematikan telephone nya. Aku menunggunya di toko roti yang berada di station, lalu aku melihat Leo berlarian menghampiri toko ku ini. Saat sampai didepan ku, ia memperlihatkan mendali emas yang ia dapatkan dari olimpiade sains yang ia ikuti hari ini. “kau tak akan melanggar janjimu kan?” Tanya Leo padaku. Aku sontak tersenyum karena marasa bahagia, “Siap!! Albert Einstein!!” jawab ku lambing pemeberian ucapan selamat atas kemenangannya. Saat di dalam kereta, aku berpikir mengapa aku sama sekali tak ragu menyebutkan hal seperti tadi. Ya, biasanya aku tak mau mengiyakan apapun yang mebanggakan diri Leo, karena Leo akan sangat bersemangat menyombongkan hal itu. Kurasa aku mulai menerimakan Leo sepenuhnya.

“ah Leo, aku sudah terima bintang nya, kurasa kau memang menganggap serius bintang bintang itu, kau sangat tepat waktu.” Aku mencoba membuka pembicaraan dengan Leo. “ah agenda itu sudah masuk dalam jadwal ku, bahkan aku menulisnya di kalender kamar ku setiap 1 tahun sekali” jawab Leo. “rajin sekali, aku menyimpannya dengan aman. Aku menempelnya di jendela ku” balasku pada Leo. “aku tau”, jawaban singkat Leo yang membuat ku sedikit bingung, darimana ia mengetahuinya jika aku menempelkan bintang itu di jendela kamar ku. “apa dia menyimpan cctv di kamar ku? Ia bahkan belum pernah memasuki kamarku” Tanya ku dalam hati, dan bahkan aku tak berani menanyakannya langsung pada Leo.

Sesaat sampai depan rumah ku,”aku duluan ya, hati hati kau dijalan. Selamat tinggal.” untuk pertama kalinya aku mengucapkan selamat tinggal sambil melambaikan tangan ku pada Leo. Entah mengapa, ini berubah dengan sendirinya. Ku pikir aku memang mencintainya, karena aku menyadari aku selalu merasa aman dan nyaman saat di dekat Leo. Hanya saja aku malu mengungkapkannya, aku hanya tak ingin kita merasa terganggu karena perasaan yang tiba tiba ini. Aku memang teman yang bodoh, mengapa aku bisa sangat mencintai Yong Gi?.

Sejak saat aku mulai menyadari perasaan ku, aku menjadi lebih ingin selalu berada di dekat Leo. Bahkan aku mencoba mecari tau tentang kegiatan Leo di sekolahnya, aku mencoba berkenalan dengan beberapa orang yang besekolah di Sains International School, untuk aku jadikan sebagai biang informasi ku tentang Leo saat di sekolahnya. Memang cukup gila, tapi aku memang tak mempenyuai keberanian untuk menanyakan nya langsung pada Leo.

Saat ini, setiap jam pulang sekolah, aku selalu menelpon Leo untuk memastikan kita akan pulang bersama. Bahkan saat perjalanan pulang, aku menjadi seseorang yang berbeda. Aku seperti tertular oleh Leo yang selalu menceritakan banyak hal saat perjalanan pulang. Mungkin ini karena aku yang semakin dewasa dan sudah sangat lama mengenal Leo, hingga aku menjadi lebih terbuka dengannya. Atau mungkin pula, ini karena aku yang sudah sangat lama mencintai Leo, hingga akhirnya aku sudah sangat nyaman berbagi cerita dengannya.

“ku pikir kau memang bartumbuh dewasa dengan baik, Mina” sahut Leo padaku saat kami tengah duduk di sebuah taman kota sambil meminum susu kotak yang dibelikan Leo. “apa?” Tanya singkat ku pada Leo, “Park Mina yang sedang duduk disamping ku ini adalah Park Mina yang sangat banyak bicara dan lebih ceria. Apa kau benar Park Mina si Kambing? Atau kau adalah kembaranya? Jawab aku!!” dengan nada bentakan pada ku, Leo bertanya kebenaran diriku yang sekarang sambil membalikan pandangannya pada ku. “Hyaa!! Kau gila? Apa perubahan itu dilarang? Ini terjadi secara alami karna aku sudah mulai dewasa. Ini sudah tahun ke 3 kita di SMA. Apa tak boleh aku menjadi seseorang yang berbeda? Sebentar lagi kita akan memasuki jenjang kuliah, aku ingin menjadi lebih terlihat pintar.” Jawab ku dengan sedikit membentak balik Leo.  Dengan santai nya ia bertanya balik pada ku, “apa ini karna kau sedang mencintai seseorang?”, aku terdiam karena ku berpikir apakah ia mengetahui perasaan ku. “kupikir kau tak dapat jatuh cinta, hahahah” lanjut Leo dengan tawanya yang sangat kencang di telinga ku. “sialan manusia ini selalu membuat ku kikuk” dalam hati ku dengn perasaan lega jika ia memang tak mengetahui perasaan ku.

Entah mengapa, Leo terlihat begitu penasaran dengan perubahan ku. Bahkan dia selalu bertanya tanya tentang siapa sebenarnya pria yang aku sukai, aku tak bisa menjawabnya, bahkan aku tak menjawab itu benar atau salah. Hingga akhirnya Leo bertanya “apa kau mencintai ku?”, aku berbalik dan tertawa meremehkan pertanyaanya tanpa menjawab petanyaan itu. Sayangnya hati ku tak bisa berkompromi dengan baik, ia mengatakan “aku memang sangat mencintai mu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halo semua..

Aku gak tau kalo ternyata menjadi manusia itu harus Sempurna.

Minggu, 19 Januari 2025 Masih awal tahun ya... Tapi hari ini aku tau, ternyata aku masih belum sebaik itu untuk hidup di dunia. Dengan adany...