TWENTY FOUR
-MORE THAN FRIEND-
“setelah lulus nanti, kau akan
melanjutkan kemana?”, “aku ingin mencoba ujian masuk Social and Political
Department University”, “ahh.. apa kau yakin akan mencoba merantau ke luar
kota?”, “aku tak akan merasakannya jika aku tak mencobanya”, “baiklah aku akan
pergi ke kota yang sama”, “kau?”, “aku akan coba masuk Sugju Technology
Institute. Ahh tidak, aku pasti akan masuk.” Seperti itulah sekiranya saat kita
membicarakan kampus yang akan kita tuju.
Bulan ini kami sudah memasuki semester
akhir di tahun ketiga, tak terasa kita akan melanjutkan ke jenjang perkuliahan.
Seperti yang sudah Leo katakan, ia akan melanjutkan ke Sugju Technology
Institute, kampus itu adalah salah satu kampus terbaik di dunia. Sudah tak
diragukan lagi, Leo pasti akan lolos ujian masuk dengan lancar. Tidak seperti
aku, yang bahkan masih merasa tak yakin untuk mengikuti ujian masuk sekolah
swasta Social and Political Departement University, dimana kampus ini bukanlah
kampus terkenal di dunia. Ya, otak ku memang tak secerdas Leo, bahkan aku tak
hanya ingin memiliki Leo, aku ingin memiliki otaknya juga, agar aku tak merasa
takut lagi saat sedang berhadapan dengan segala ujian.
Hari ini adalah hari libur nasional,
aku dan Leo memutuskan untuk pergi bersama ke taman bermain. Happy Fantasy,
adalah taman bermain terbesar di Negara ku. Ini bukan pertama kalinya aku dan
Leo bermain bersama ke tempat ini. Biasanya jika kita bermain disini, kita akan
terus bermain hingga malam tiba, setelah itu kita akan pulang melewati Gangwon
River, dan kita akan menikmati pesta kembang api disana. Tapi hari ini ada
sedikit yang berbeda dari biasanya, ya aku bermain bersama Leo dengan perasaan
suka ku yang tersimpan rapi di dalam hati ku, alhasil aku merasa sangat senang
dan tak sabar untuk bertemu Leo. Pagi ini Leo datang kerumah ku, kita berangkat
bersama menggunakan kereta. Saat sampai disana, seperti biasanya kita berdua
langsung berlari menaiki wahana-wahana ekstrem. Aku dan Leo memang sama-sama
menyukai segala tantangan, bahkan saat bermain ke tempat ini, tujuan utama kita
adalah permainan-permainan ekstrem. Aku dan Leo sangat bersenang-senang disini,
bahkan tanggal ujian yang sebentar lagi akan dilaksanakan pun lupa seketika.
“tunggu disini, aku mau beli minuman”
tutur Leo padaku dengan menyuruh ku duduk di bangku dekat kolam ikan. Tak lama
kemudian Leo datang membawa 2 minuman dingin dengan 1 permen kapas ditangan
nya. Saat didepan ku, ia meberikan 1 minuman dan permen kapasnya padaku.
“ternyata keu masih mengingatnya” kataku sambil menerima minuman dan permen
kapas dari Leo. Sepertinya Leo memang masih mengingatnya, aku memang sangat
menyukai permen kapas yang berada di taman bermain, memang agak aneh, tapi aku
tidak terlalu tertarik dengan permen kapas ditempat lain, aku hanya ingin makan
permen kapas ditempat bermain, aku rasa ada feelnya tersendiri.
“apa kau mau melihat sesuatu? Manusia
tampan ini akan menarik perhatian semua orang disini. Mungkin juga kau akan
ikut tertarik” tanya Leo pada ku dengan tiba tiba, belum sempat aku menjawab
Leo sudah beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menuju seseorang pria yang
sedang bermain gitar sambil duduk di pinggir air mancur. Aku melihat Leo dari
kejauhan sedang berbicara dengan pria yang sedang duduk di samping air mancur
itu, tak lama dari itu si pria meberikan gitarnya pada Leo. Leo yang baru saja
menerima gitar itu, langsung duduk disamping si pria tersebut. “apakah ia
sedang menyanyikan sesuatu?” dalam hatiku bertanya sambil memperhatikan Leo
yang sedang bermain gitar disana. Aku semakin penasaran dengan banyaknya orang
yang tiba tiba berhenti berjalan untuk menonton Leo yang sedang memainkan
gitar, aku lantas menghampiri tempat itu.
“Neujeun bam sure chwihan.. ni moksori
mwonga.. seulpeun iri isseossna bwa..~” aku kenal suara merdu yang lembut ini,
suara cirikhasnya menggambarkan bahwa seseorang yang bernyanyi ini adalah
seorang pria tampan, ya benar ini adalah suara Leo yang sedang menyanyikan
salah satu lagu terkenal Best
Friend-iKon. Aku benar benar merindukan suara ini, sudah sangat lama saat
kita berpisah sekolah dan tak lagi bersantai di sanggar tari sambil
mendengarkan Leo bernyanyi menggunakan gitarnya. Sepertinya memang sejak dulu,
aku sudah merasa nyaman saat mendengar suara merdunya Leo, namun aku tak
menyadari itu, aku memang bodoh.
Seperti yang Leo katakan, ia akan
menarik perhatian orang-orang di tempat ini. Benar saja, baru saja Leo mulai
bernyanyi sudah banyak orang yang mengelilinginya dan ikut bernyanyi bersama.
Aku benar benar merasa nyaman mendengar Leo bernyanyi dengan senyuman manisnya
itu, ia terlihat sangat menikmati kegiatannya itu. Saat Leo sudah menyelesaikan
konser tunggalnya, ia memberikan salam dan terima kasih kepada semua orang yang
telah menonton, dan ia memohon agar siapapun yang sudah menontonnya hendak
memberikan sedikit uang untuk dimasukan ke kotak yang ada di depan Leo berdiri,
Semua orang yang menonton bertepuk tangan dengan meriah dan lalu memasukan
sedikit uang mereka kedalam kotak itu. “pak, ini kotaknya dan ini gitarnya,
terima kasih ya pak” dengarku Leo berbicara dengan seorang pria pemilik gitar
itu, Leo mengembalikan gitarnya dan memberikan semua uang yang telah penonton
berikan kepada pria itu.
“ahh memang aku terlahir sebagai pria
langka di dunia ini, tampan, cerdas, pandai bernyanyi dan bermain alat music,
wanita mana yang tak tertarik pada Lee Yong Gi ini?” seperti biasa, Leo
membanggakan dirinya di depan ku. Aku hanya tersenyum sekejap dan berbalik
badan. “maka dari itu, aku tertarik padamu Leo” sahut ku dalam hati sambil
tersenyum membelakangi Leo. “langit sudah mulai gelap, apa kita akan berangkat
sekarang?” tanya ku pada Leo, “apa kau benar benar sangat menyukai permen kapas
yang dimakan saat berada di taman bermain?” pertanyaan balik Leo yang terdengar
begitu aneh, itu membuat ku bingung dengan apa alasannya Leo menanyakan hal
seperti itu padaku, padahal sejak dulu ia mulai mengetahuinya ia sama sekali
tak menanyakannya. “aku hanya merasakan feel yang lebih sweet dari biasanya,
itu membuat ku semakin jatuh cinta dengan suasana bahagia saat aku memakan
permen kapas dan bermain ditaman bermain” jawabku sambil mulai berjalan menuju
pintu keluar. Leo yang ikut menyusulku langsung mengatakan hal yang tak aku
duga “kalo begitu, suatu saat setelah aku lulus menjadi seorang insinyur
teknik, aku akan membangun taman bermain yang sangat besar dan megah, lalu aku
akan membuka toko permen kapas di setiap sudut taman bermain itu. Kau harus
sering sering datang bermain ya, agar pendapatanku bertambah banyak. Hahaha”
seperti biasanya, ia membuat ku jatuh hati dan kemudian kembali manambahkan
lelucon di akhir kalimat manisnya itu.
Saat kami sampai di Gangwon River,
kami duduk di tempat berumput di pinggir sungai. Pemandangan kembang api dari
tempat itu memang yang paling jelas, ditambah bayangan kembang api yang terpantul
di sungai Gangwon yang semakin menambah kesan romantis saat menonton pesta
kembang api. Aku hanya berpikir ingin selalu seperti ini dengan Leo, biarkan
aku tak menyampaikan perasaan ku padanya, asalkan kita akan tetap seperti ini.
Walau saat ini kau hanya menganggap ku sebagai teman, aku yakin jika kita terus
melakukan hal seperti ini, suatu saat kau akan merasakan perasaan yang sama
dengan ku. Aku yakin, suatu saat kau akan menjadi milik ku, Leo.
Saat acara pesta kembang api selesai,
kita bergegas pulang karena waktu sudah larut malam. Saat ku sudah berpamitan
pada Leo dan hendak memasuki kamar ku, Leo berteriak dari depan rumah ku
“Mina!! Turunlah!!”. Setelah itu aku langsung turun kembali dan membuka pintu
masuk rumah ku, tak ada Leo disana, yang ada hanyalah kotak kecil yang biasa
Leo berikan pada ku setiap 1 tahun sekali, kurasa tadi ia lupa memberikannya.
Saat aku hendak tidur, aku menempelkan
stiker-stiker bintang yang baru saja Leo berikan padaku. Setelah itu aku
mencoba menelpon Leo, namun belum sempat aku mencari kontak Leo, aku
mendapatkan panggilan masuk dari Leo, aku pun langsung menganggkatnya. “hya..
kau belum tidur?” tanya Leo pada ku, “ah baru saja aku akan pergi tidur”
jawabku padanya walaupun sebenarnya aku sama sekali belum bersiap untuk
tertidur. “ah begitu? Baiklah maafkan aku mengganggu, silahkan tidur” Leo pun
kembali menjawab dengan nada yang aga khawatir menggangguku, sontak aku pun
langsung memotong pembicaraannya itu “ahh tidak, aku belum mengantuk!! Ada apa
kau menelpon ku?” aku menjadi labil karena tak ingin mengakhiri pembicaraan
ini. “ah tidak, aku hanya ingin berterima kasih sudah menemaniku bermain hari
ini, bukankah ini sangat melelahkan? Hahah” sahut Leo, aku merasa senang karna
ia pun terdengar begitu senang dengan kegiatan hari ini. “apa kau sudah
menerima kotak itu?” Leo kembali bertanya padaku untuk memastikan kotaknya
sudah aku terima atau belum. “ya, aku sudah menempelkannya di jendela kamar ku.
Kau begitu rajin yah, ini sudah 6 tahun kita berteman. Aku sudah menempelkan 18
bintang di jendela ku, ini menjadi terlihat indah jika dilihat saat malam hari”
jawab ku padanya sambil menatap jendela ku yang begitu banyak tempelan stiker
bintang yang menghiasi langit malamku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar