TWENTY FOUR
-DON'T LEAVE-
“aku penasaran dengan tujuan mu berada
disini.” Malam ini aku berjalan pulang bersama bayangan Leo, kami berbicara
banyak hal. Aku seperti benar benar sedang bersama Leo, bahkan aku lupa jika
seseorang yang berada disamping ku ini hanyalah sesosok bayangan yang berbentuk
seperti Leo. “entahlah, mungkin aku tercipta untuk menemanimu” begitulah
jawabnya.
“apa mungkin aku melupakan sesuatu saat aku
masih hidup? Tapi apa yah, bahkan aku tak mengingat apapun.” Tanya nya dengan
nada konyol khas Leo, dia berhasil membuatku tersenyum setiap saat. “kau
seperti arwah penasaran.” Jawabku dengan mengejeknya.
Ku pikir ia memang tercipta karena rasa
penasaran Leo selama ia hidup seperti dalam film, apa mungkin ia memang
terlahir untuk mencari tau kebenaran akan suatu hal? Hanya itulah yang berada
di pikiran ku saat itu. Aku tak mengerti dengan keberadaan Leo ini yang datang
secara tiba tiba. Aku sedikit bahagia karena ia dapat menggantikan Leo asli
yang telah pergi, tetapi sisi lain hati ku merasa sakit jika mengingat bahwa
Leo asli sudah tiada.
Aku benar benar memiki sahabat baru yang tak kasat
mata. Aku seperti orang gila yang tak jarang selalu berbicara sendiri dihadapan
publik normal, namun ini tak mengganggu kenyamanan ku, aku pun sedikit merasa
aneh, bagaimana bisa aku merasa nyaman dengan hal gila ini. Aku hanya merasakan
keberadaan Leo yang sebenarnya, aku bahkan mengabaikan logika ku yang mencoba
menyadarkan ku, namun hati ku benar benar menolaknya.
Aku sangat merasa nyaman didekatnya, karena
dengan keberadaannya sekarang dihidup ku, aku dapat merasakan banyak hal yang
tak dapat aku rasakan bersama Leo asli. Aku selalu ingin mendengarkan suara Leo
bernyanyi, dan pada akhirnya bayangan Leo ini mengabulkan permintaan lama ku
itu. Setiap saat aku merasa berada dititik terjenuh ku, ia selalu menghiburku
dengan suara khas Leo ditemani nada senar gitar yang ia mainkan. Ia selalu
meberikan semangat padaku, ia memberikan kritik yang sangat bermanfaat padaku.
Ia menenangkan ku saat aku sedang tak akrab dengan emosionalku. Ia benar benar
seperti Leo yang berubah menjadi ibu kedua ku, aku benar benar merasa nyaman
didekatnya.
“apa suatu hari kau akan menghilang?” tanya ku
pada Leo yang baru saja menyimpan gitarnya di ujung tempat tidur ku. “mungkin
aku akan menghilang jika sudah menyelesaikan tugas rahasia ku itu” jawabnya
dengan ekspresi muka konyol yang menjadi ciri khasnya. Sudah 6 bulan ia berada
disini namun kami masih belum menemukan maksud dari keberadaannya disini. Kami
bahkan berlaga seperti detective conan, hanya untuk memastikan apa sebenarnya
tugas rahasianya itu.
“apa kau pernah mencintai seorang pria?”
pertanyaan tiba tiba itu terlepas dari mulut Leo, “kenapa kau menanyakan itu?”
tanya balik ku padanya. Ia tak menjelaskan suatu alasan dari balik pertanyaan
itu, ia hanya mengatakan “aku hanya penasaran.”
Selama ini aku pernah beberapa kali mengagumi
seorang pria, namun berakhir dengan cerita yang menyakitkan, hingga akhirnya
aku benar benar merasakan perasaan yang sangat sulit untuk dihilangkan, bahkan
itu bertahan hingga bertahun tahun. Hati kecil ku mengatakan bahwa aku
mencintai Leo, namun apa tak akan apa apa jika aku memberitahu perasaan ku ini
pada bayangan Leo ini? Aku hanya merasa belum siap mengatakannya, karena ia
benar benar sudah ku anggap seperti Leo asli yang sebenarnya sudah tiada.
“apa kau benar benar terlahir sebagai arwah
penasaran?” tanya ku dengan sedikit candaan pada Leo. “aku terlahir sebagai
manusia tampan” begitulah jaawaban konyol Leo. Aku hanya menjawabnya dengan
senyuman ku, ia selalu saja membuatku tersipu malu.
“jika aku memang arwah penasaran, apa aku akan
menghilang jika sudah mendapatkan kejelasan dari rasa penasaran itu? Seperti di
film film, Apa aku dapat terbangun menjadi manusia hidup lagi? Atau menjadi
bibit lain?” Ia hanya bergumam disamping tempat tidur ku, bagaimana aku tidak
merasa bingung dengan keberadaannya, bahkan ia sendiri pun tak tau tujuan
keberadaannya.
Malam ini adalah hari pergantian tahun, dahulu
Leo selalu mengajak ku menonton pesta kembang api bersama di atap rumah nya,
kelurganya selalu membakar BBQ untuk merayakan pergantian tahun. Namun malam ini
terasa sangat berbeda, ini adalah tahun pertama aku tak merayakan pergantian
tahun di rumah Leo sejak kepergin Leo. maka dari itu, aku memutuskan untuk
mengajak bayangan Leo ini untuk menonton pesta kembang api di puncak bukit
teletubies yang berada di dekat rumah ku.
Ini sudah sangat malam, aku seperti wanita
liar yang keluar rumah sendirian di malam hari. Namun tidak, aku tidak
sendirian, aku bersama Leo disini. Seperti biasanya aku dan Leo akan menghitung
mundur pergantian tahun, tinggal 10 detik menuju hari yang baru.
“10.. 9.. 8.. 7.. 6.. 5.. 4.. 3.. 2.. 1..
Happy New Year!” petasan pun menghiasi langit malam yang indah, suara terompet
terdengar di setiap sudut kota, di bubuhkan terangnya citylights yang terlihat
megah dari atas bukit ini. Aku benar benar menikmati hari hari bersama bayangan
Leo ini. Tahun ini adalah tahun dengan banyak cerita bersama Leo. entah itu Leo
asli maupun bayangan Leo. Tahun ini merupakan tempat kesedihan terberatku
datang karena kepergian Leo, namun semuanya dengan mudah terobati dengan
kedatangnya bayangan Leo ini tepat dihari kepergiannya. Dengan kerasnya suara
ledakan petasan dilangit, hatiku memaksa untuk melepaskan seluruh kesedihan
yang menyesakan tubuhku. Tanpa ragu dengan keberadaan Leo disamping ku, aku
berteriak dengan kencang meluapkan kesedihan ditahun lalu. Aku ingin mengakhiri
semua ini, aku harap kau mendengarkan kata terkhirku Leo. “Aku tak ingin kau
pergi!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar