TWENTY FOUR
-CALIFORNIA-
“Apa kau memiliki hadiah untuk ku?
Seharusnya kau memberikan 2 padaku” tanya Leo padaku saat kami sedang bersantai
di Café Toffe depan sekolah Leo. Hari ini tepat upacara kelulusan kami, kami
tidak saling datang menemani upacara kelulusan, karena jadwal acaranya yang saling
bentrok. Kami hanya bertemu setelah acara selesai, dan memutuskan untuk
bersantai di Café ini. Seperti biasanya, sesuai dengan dugaan ku, Leo lulus
dengan nilai tertinggi di sekolahnya ia pun mendapatkan beasiswa di Sugju
Technology Institute, berbeda dengan ku yang hanya berada di peringkat 24
tingkat sekolah ku.
Seperti biasanya, saat lulus dengan
nilai sempurna, Leo akan meminta hadiah dari ku. Tidak hanya itu, ia juga
meminta kado ulang tahun pada ku, karena 3 hari setelah kelulusan ini adalah
hari ulang tahunnya. “aku akan sangat boros jika kamu terus mendapat nilai
sempurna, dan ulang tahun mu masih berada di 3 hari kedepan” jawab ku padanya.
Tanpa disangka, ia hanya menjawab dengan senyuman tanpa memaksaku seperti
biasanya. “besok aku akan pergi ke California” aku sangat terkejut saat Leo
mengatakan itu. “Apa?! Untuk apa? Apa kau akan melajutkan kuliah disana?
Bukankah kau bilang jika kau mendapatkan beasiswa di Sugju Technology
Institute?” tanya ku pada nya. “ah tidak, aku hanya pergi selama 2 minggu, jadi
bisakah aku meminta kado ulang tahun ku sekarang? Karena nanti saat hari ulang
tahun ku, aku tidak ada disini. Hahaha kenapa kau begitu terkejut? Aku akan
tetap mengambil beasiswa itu” jawab Leo dengan santainya, ditambah candaan
konyol yang sangat tak lucu menurut ku. Ia baru saja membuat ku takut, aku
takut jika ia memang benar akan bersekolah di luar negeri, karena kita akan
berada di jarak yang sangat jauh. “aku tidak terkejut, hanya saja itu sangat
mendadak. Kalo begitu ikut aku sekarang, aku akan membelikan mu sebuah kado”
jawab ku dengan mencoba bersikap dingin padanya, “benarkah? Sekarang? Oke kita
berangkat sekarang” jawab Leo dengan ekspresi yang sangat bersemangat. Aku
tidak tahu untuk apa besok ia pergi kesana, tapi perasaan ku sangat tidak enak,
aku sangat ketakutan.
“aku menyukai ini, warna nya bagus dan
modelnya pun keren. Aku membeli gitar ini dengan uang tabungan ku selama 6
tahun, jadi terimalah ini sebagai hadiah uang tahun dan nilai sempurna mu. Kau
tau? Gitar ini kelewat mahal!” seru ku pada Leo saat baru saja aku membeli
sebuah gitar akustik electrik yang harganya menurut ku sangat mahal. “waw ini
keren, selera mu oke juga, kurasa kau memang menyukai ku. Hahahah” sahut Leo
saat menerima gitar dari ku, tertawa dengan candaan yang membuat ku tersipu
malu, yah seperti itulah Leo.
Saat diperjalanan pulang Leo
mendapatkan panggilan telephone, aku tak tau itu siapa, tapi Leo mengangkatnya
di tempat yang cukup jauh dari posisi ku. Aku sangat penasaran dengan si
penelphone. Aku mendengar samar samar percakapannya, Leo seperti berbicara
dengan bahasa inggris, dan ia menyebutkan nama Anggie. Aku merasa sedikit
cemburu, aku rasa itu adalah nama seorang wanita. “besok aku akan berangkat jam
8 pagi” ucap Leo saat menghampiri ku setelah menerima panggilan tadi. Aku tak
dapat mengatakan apapun, aku hanya mengangguk dan lanjut berjalan pulang. Aku
kembali seperti biasa, masuk pintu rumah tanpa berpamitan dengan Leo. Aku
merasa cemburu dengan kejadian tadi, aku selalu bertanya tanya untuk apa ia
pergi? Apa ia akan bertemu seorang wanita disana? Apa ia memiliki kekasih
disana? Aku rasa jika itu memang benar, wanita itu adalah wanita yang sangat
cantik dan cerdas, tak seperti ku. Sangat banyak hal negative yang mengelilingi
pikiran ku saat ini, aku merasa takut.
Pagi ini aku bergegas pergi ke
bandara, entah mengapa saat semalam aku berpikiran untuk menghampiri Leo, entah
apa yang akan ku lakukan, aku hanya ingin menemuinya. Aku berlari secepat yang
ku bisa, aku tiba di bandara 1 jam lebih awal dari jadwal penerbangan Leo. Tak
lama setelah aku sampai, aku melihat Leo sedang berdiri sambil memaikan hp nya.
Aku tak bisa menghampirinya, aku hanya terdiam diposisi ku yang cukup jauh dari
posisi Leo berada. Tak lama dari itu aku mendapat panggilan telepon dari Leo,
aku mengangkatnya dengan posisi berdiri sambil mengarahkan pandangan ku pada
Leo. “apa yang sedang kau lakukan?” tanya Leo saat aku baru saja mengangkat
panggilannya, “ah aku sedang bediam saja, apa kau sedang berada di bandara?”
tanya balik ku padanya. “ya, aku akan memasuki boarding room sekarang” jawab
Leo, “ah baiklah, hati hati diperjalanan” jawab ku, dan setelah ia berpamitan,
ia langsung menutup teleponya. Aku melihatnya mulai masuk ke pemeriksaan
barang, ia membawa 1 koper dan tas gitar yang aku berikan padanya kemarin,
setelah itu ia mulai menuju boarding room. Aku tak tau apa yang terjadi, tapi
aku benar benar tak dapat menghampirinya tadi. Aku hanya terus merasa takut
dengan kegiatannya disana.
“Yong Gi!! Happy Birthday, kurasa kau
memang nyaman berada disana, kau sama sekali tak mengabarkan ku. Hari ini
adalah hari ulang tahun mu, apa kau merayakannya disana? Aku sangat iri dengan
mu, kau bahkan liburan di tempat yang keren. Saat aku ulang tahun nanti,
berikan aku kado untuk pertama kalinya! Aku ingin pergi ke sana juga!! Kau
memang manusia licik. Cepatlah pulang! Kau harus mengurus beasiswa mu di tempat
kuliah mu.” Pagi ini di hari ulang tahun Leo, aku hanya mengirimnya pesan
ucapan selamat ulang tahun tanpa bisa bertemu seperti biasanya. Ini adalah hari
ke 3 Leo berada di California, aku semakin khawatir karena sejak
pemberangkatannya hingga hari ini, ia tak mengirim pesan atau panggilan
telephone padaku.
Aku terus menunggu jawaban darinya.
Hingga tepat 1 minggu Leo berangkat, aku menerima paket kiriman dari luar
negeri, aku melihat nama Lee Yong Gi di alamat pengirimnya, saat aku akan
membukanya, aku mendapatkan panggilan masuk dari nomor yang tak aku kenal, saat
aku mengangkatnya “Kambing Mina!! Datanglah kesini! Aku sudah mengirim mu
paket, didalamnya ada tiket pesawat menuju California, kau hanya perlu
menyiapkan yang lainnya, pemberangkatannya 2 hari lagi. Apa kau sudah menerima
paketnya?” aku kenal suara ini, ini adalah suara Leo. Bergegas aku membuka
paket kiriman yang baru saja aku terima, dan ternyata benar, isinya adalah
sebuah jaket lembut dengan e-tiket penerbangan California di atasnya. “apa ini?
Dari mana kau tau identitas ku?” tanya ku pada Leo, “ah maafkan aku, aku
menerimanya dari orang tua mu, hehe. Mereka sudah tau jika aku memberikan mu
tiket penerbangan kesini, dan mereka sudah mengijinkannya” jawab Leo yang
lantas membuat ku terkejut, karena ternyata orang tua ku mengetahui semua ini.
Ternyata benar, orang tua ku sudah
memberikan ijin kepada Leo untuk mengajak ku pergi menyusulnya. Hari ini adalah
jadwal penerbangan ku, aku berangkat seorang diri, dan Leo baru saja
memberitahu ku bahwa ia akan menjemputku di bandara. Aku tidak tau apa yang
sebenarnya terjadi, ini terjadi sangat tiba-tiba. Perjalannanya cukup lama, aku
merasa kesepian di pesawat, aku hanya tertidur saat penerbangan. Saat aku tiba
di bandara Internasional Los Angeles, aku menelpon Leo yang akan menjemputku.
Ternyata Leo sudah berada di bandara sejak setengah jam yang lalu. Aku merasa
sangat lega melihat keadaanya yang baik baik saja, kurasa dia memang bahagia
berada disini. Saat diperjalanan menuju tempat yang akan aku tinggalkan nanti,
aku bertanya satu hal pada Leo. “apa yang salah dengan mu? Kau bahkan
membelikan ku tiket untuk menyusulmu, apa kau kesepian? Kau merindukan ku?”
tanya ku. “mungkin itu karna aku sedikit merasa bersalah karena tak pernah
memberi mu kado ulang tahun” tanpa basa basi seperti biasanya, Leo hanya
menjawab singkat dan jelas pertanyaan ku. Aku sangat merasa canggung, karena percakapan
ku dengan Leo tak biasanya seperti itu. Saat sampai di sebuah apartemen, aku
diajak Leo untuk menaiki lift menuju lantai 24. Disana aku diajak memasuki
kamar apartemen, ternyata itu adalah kamar Anggie, wanita yang pernah berbicara
dengan Leo saat itu. Aku sontak terkejut saat mengetahui Leo tinggal disini
selama berada di California, karena aku pikir Anggie adalah kekasih Leo. Saat
aku bertanya tentang klarifikasi mengenai wanita bernama Anggie ini, tenyata
Leo menjawab dengan tawaan, “hahaha secerdas apapun wanita ini, kurasa jika
sekalipun ia bukan kaka sepupu ku, aku tidak akan mau dengan nya” tutur Leo
memberikan Klarifikasi tentang wanita ini.
Hari ini adalah hari ke 2 aku berada
disini, suasanya memang sangat nyaman, aku tinggal di kamar apartemen milik
Anggie bersama dengan Leo. Aku benar benar merasa seperti seorang adik yang
sedang menginap di kamar kakanya, Anggie sangat memperlakukan ku seperti adik
kecilnya. Hari ini Leo mengajak ku bermain ke suatu tempat, ia tak memberi tahu
ku nama tempatnya, ia hanya mengatakan “bersenang senanglah hari ini”.
“ada banyak permen kapas yang unik di
tempat ini, kau pasti menyukainya” tutur Leo saat kami baru saja sampai di
gerbang masuk Disneyland California. Aku semakin tak mengerti dengan
kelakuannya ini, ia memberiku tiket pesawat dan menyuruhku menyusulnya ke sini,
kemudian ia mengajak ku ke Disneyland ini, aku rasa uang yang ia keluarkan
lebih banyak dari harga gitar yang aku berikan padanya.
Kami menghabiskan waktu hari ini untuk
menikmati semua wahana disini. Kami bahkan banyak membeli stuff Disneyland yang
unik-unik, tak sedikit kita membeli barang couple sebagai tanda persahabatan
kita. Aku merasa sangat bahagia hari ini, bahkan Leo membelikan ku berbagai
jenis permen kapas yang berada disini. Saat malam tiba, Leo mengajak ku untuk
segera pulang. Ia terlihat begitu kelelahan hari ini, dan tanpa pergi ke tempat
lain lagi, kita bergegas kembali ke apartemen.
Setiap pagi Leo selalu mengajak ku
lari pagi mengelilingi daerah dekat apartemen, saat siang hari tak jarang Leo
mengaj ku bersantai di café atau makan siang di restoran. Namun saat malam
tiba, mungkin hanya 2 kali Leo mengajak ku keluar apartemen, itu pun hanya
untuk membeli persediaan makanan. Padahal selama aku tinggal disini, aku sangat
tertarik mengelilingi kota malam California yang sangat indah jika aku tengok
di jendela kamarku. Namun saat malam hari, tak jarang aku mendengar Leo
memainkan gitar sambil bernyanyi di kamarnya. Suara terdengar lembut seperti
biasanya, aku sangat menyukai suara itu.
Malam ini adalah malam terakhir ku
berada di sini, ini sudah hari ke 5 aku tinggal di California. Karena aku
sangat penasaran, aku berniat mengajak Leo untuk sekali saja keluar apartemen
untuk berjalan-jalan. Aku mengetuk kamarnya, saat ku buka pintu kamarnya ia
sedang memainkan gitar pemberian ku. “ada apa? Tumben sekali kau mengetuk kamar
ku” tanya Leo padaku, “aku ingin melihat indahnya malam di tempat ini, ini
adalah malam terakhir ku” ajak ku pada Leo untuk pergi keluar apartemen.
Terdengar suara Anggie yang tiba tiba masuk ke kamar Leo, dan mengatakan “ini
sudah malam, Leo harus beristirahat. Lagian kalian besok sudah harus pulang,
lebih baik bersiaplah”. Nadanya sedikit seperti sangat melarang ku untuk
mengajak Leo keluar untuk berjalan jalan, aku sangat takut karena melakukan
kesalahan.
“ikutlah dengan ku” ucap Leo sambil
menarik ku dari kamar dan keluar dari kamar apartemen. Ternyata ia mengajak ku
ke atap apartemen ini, ia menyuruh ku hanya melihat keindahan kota dari atas
sini, dan memberitahu ku jika ia tak bisa berjalan jalan saat malam hari. Saat
ku bertanya mengapa, ia hanya menjawab “ini waktunya beristirahat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar