Translate

Sabtu, Agustus 04, 2018

Twenty Four [7]

 TWENTY FOUR

-THE LAST STARS-


“apa hari ini kau luang?” begitulah pesan pembukanya. Saat aku baru saja selesai mata kuliah akhir di hari ini, aku mendapatkan pesan dari Leo.  Ia mengajak ku ke sebuah restoran baru di dekat kampusnya. Ia bilang, jika ia sangat ingin datang kesana, namun tak ada satu pun temannya yang mau diajak olehnya. Yang pada akhirnya aku pun menerima ajakannya itu, karena ini merupakan kali pertama kami bertemu lagi sejak kami mulai lulus ujian masuk kuliah sesuai dengan kampus yang kami inginkan. Sesuai dengan yang diharapkan kami berdua, Leo telah resmi menjadi mahasiswa Sugju Tachnology Institute, dan aku telah resmi menjadi mahasiswa Social and Political Department University.

Tak lama aku menunggu di halte depan kampusku , Leo datang dengan mengendarai motor ranger nya. Ya, ia yang menjemputku, lagian aku tak ingin pergi kesana menggunakan kereta, karena lokasi kampus Leo sangat jauh dari kampus ku. “aku dengar restoran ini sangat unik, tempatnya bertemakan anime jepang” begitulah Leo membuka percakapan kami saat diperjalanan. Leo sangat hafal jika aku menyukai hal hal berbau animasi, bahkan dibandingkan dengan drama korea, aku lebih menyukai anime jepang. Saat sampai di tempat tujuan, kami sangat menikmati suasana dan menu restoran ini, bahkan kami memesan banyak makanan disini. Saat kami tengah asik menyantap pesanan kami, tiba tiba Leo mendapat panggilan entah dari siapa, tapi setelah selesai menjawab panggilan itu, “Mina, maafkan aku, tapi ini sangat mendadak, aku dapat panggilan dari dosen untuk datang ke kampus, beberapa hari lagi aku akan mengikuti International Science and Engineering Fair di Amerika, aku rasa dosen menyuruhku untuk ikut berlatih, jadi maafkan aku. Sebagai gantinya aku yang akan membayar semuanya. Oke byeee”. Dengan note bicara yang cepat ia pun bergegas kembali ke kampusnya dan meninggalkan aku sendiri bersama makanan yang jumlahnya cukup banyak ini. Sejak kami mulai berkuliah, kami tak pernah bertemu seperti ini lagi, karena kami disibukan dengan segala kegiatan yang sangat padat di kampus masing-masing. Ini adalah pertama kalinya kami bertemu lagi, namun pada akhirnya kesibukan tetap memisahkan kita. Aku duduk disini sendirian hingga beberapa menit setelah Leo meninggalkanku, setelah itu aku pun pulang menggunakan kereta. Saat diperjalanan menuju rumah susun ku, aku mendapat pesan dari teman kampus ku, “Mina, apa ini milik mu?” tak hanya itu, ia pun mengirimkan ku sebuah foto binder dengan cover gambar-gambar kecil yang aku buat. “sialan itu binder miliku!!” balas ku, dengan bergegas aku turun di station selanjutnya, untunglah ini belum sampai station tujuan ku, aku pun kembali menaiki kereta menuju ke kampus ku. Aku tak mengerti belakangan ini aku menjadi sangat pelupa, bahkan barang yang sangat penting pun sering aku lupakan.

“Mina!!” teriak seseorang yang sangat kencang yang memanggil namaku datang dari lantai 2 gedung A, sepertinya itu tepat di depan kelas terakhirku tadi. Aku pun segera berlari ke tengah lapang untuk memastikan suara itu, ternyata benar ada Stevi disana, dia memegang binder ku yang ketinggal di kelas terakhir tadi. Saat aku akan berlari mengambil binder itu, Stevi melemparkannya ke tengah lapang. Untung saja aku dengan sigap segera berlari dan mengambil binder ku yang hampir saja menyentuh lapang. “HYAA!! STEVI! APA MAKSUD MU?!” aku berteriak kencang di tengah lapang karena kesal dengan tingkah Stevi yang tiba tiba melemparkan binder ku dari lantai 2. Apa dia gila, ini binder kampus ku, dan ini milik ku, atas dasar apa dia berani melemparkannya begitu saja. Tak lama saat aku menerima binder ku, terdengar suara terompet yang sangat kencang dari arah tempat Stevi berdiri tadi.

“Happy Birthday Mina~ Happy Birthday Mina…” lantunan lagu yang dinyanyikan oleh banyak orang pun mulai terdengar, dan saat itu pun terdapat spanduk besar yang di bentangkan dari lantai 2 gedung A dan gedung D, lapang itu pun dikelilingi oleh spanduk besar dengan tulisan “Happy Birthday, Park Mina” disertai kertas warna warni yang berjatuhan dari dalam spanduk. Tiupan terompet pun semakin banyak terdengar, teriakan “Selamat ulang tahun mina” pun terdengar dari berbagai sudut. Aku tak mengerti dengan perbuatan gila mereka, ini sangat menyentuh perasaan ku. Sebab ini baru tahun pertama aku kenal dengan mereka, tetapi disaat seperti ini, bahkan mereka memberikan kejutan gila yang tak pernah aku duga. Tak sadar aku mulai mengeluarkan air mataku karena terharu, tak lama aku tersedu menangis, mereka yang berada di lantai 2 berteriak “berbaliklah!”. Aku pun berbalik badan, dan ternyata aku melihat Leo yang berada tepat dibelakang ku dengan kue bertulisan “Kambing tua” yang dibawanya. Leo hanya tersenyum saat aku berbalik badan, aku pun mulai menutup wajah jelek ku yang sedang menangis haru. “tiuplah! Ini sangat berat” ucap Leo sambil memberikan kue nya padaku. Kupikir ia memang jahat, tapi apa pun yang terjadi dengannya, ini adalah pertama kalinya Leo memberika kejutan untuk ku dan mengucapkan selamat ulang tahun beserta kue nya. Sangat berbeda sekali dengan ulang tahun ku yang lalu-lalu, ia hanya mengucapkan selamat tanpa memberiku apapun, bahkan tak jarang ia hanya mengucapkan lewat panggilan telephone. Ini gila, ini membuatku semakin jatuh hati, ah tidak aku benar benar dibuat jatuh olehnya.

Malam ini aku diantar pulang oleh Leo. Saat perjalanan menuju rusun ku, Leo berhenti di sebuah tempat yang tepat berada di pinggir tebing. Pemandangan di tempat ini memang terkenal indah, terutama saat malam hari, citylights yang terlihat indah membuat langit malam menjadi semakin sempurna. Saat kami sedang menikmati pemandangan indah ini, tiba tiba Leo memberiku sebuah kotak kecil. “bukalah saat sudah sampai” ucap Leo setelah memberikan ku kotak kecil itu. “ah stiker bintang tahun ini” begitulah ucap hati ku. Saat kami sampai di kamar rusun ku, aku langsung berpamitan dengan Leo, dan akupun tak lupa mengucapkan terimakasih untuk semua kejutan yang baru saja ia berikan. “istirahatlah, kau sudah tua sekarang” begitulah sekiranya candaan dia sebelum akhirnya ia pulang. Ia memang lupa diri, setauku umur ku bahkan lebih muda darinya. Aku pun memasuki kamar ku, belum saja aku duduk di kasur, suara Leo terdengar kembali. “aku melupakan ini” ucapnya dari luar kamar ku. Namun seperti biasa saat aku membuka pintu, Leo tak ada disana, yang ada hanya kotak kecil di bawah pintuku. “apa ini? Kotak lagi?”. Saat ku membuka kotak yang baru saja Leo simpan di depan pintuku, ternyata isinya adalah stiker bintang yang biasa ia berikan pada ku setiap tahunnya. “lalu kotak yang sebelumnya?” aku pun segera membuka kotak yang sebelumnya Leo berikan padaku, aku sangat terkejut saat membuka kotak itu, isinya bukanlah stiker tambahan di tahun ini, melainkan sebuah kalung emas putih dengan liontin berlian berbentuk bintang kecil. Ternyata ini adalah kado pemberian Leo untuk ku, ini adalah kado pertama ku darinya, aku sangat bahagia mendapatkannya.

Saat aku pindah ke kota ini, aku memilih tak mencabut semua stiker bintang yang ada di jendela kamarku. Aku memutuskan untuk membiarkannya menghiasi jendela kamarku disana, jadi stiker yang Leo berikan ini, hanya ku simpan dalam kotaknya untuk kemudian aku bawa pulang kerumah ku dan menempelkannya di jendela kamarku. Aku sangat bahagia hari ini, terutama karna tingkah Leo yang membuat ku merasa sangat terharu. Kurasa besok aku harus benar benar bertemu dan mengucapkan terima kasih padanya.

“ah maafkan aku Mina, hari ini aku sangat sibuk” begitulah kiranya Leo menjawab pesan ku saat aku memintanya untuk menjemputku. Itu sudah sangat lama saat aku ingin berterima kasih padanya. Ini sudah bulan ke 8 sejak aku mendapatkan kejutan dari Leo, namun hingga saat ini aku belum juga berterima kasih padanya. “maafkan aku, seminggu kedepan jadwal ku padat sekali”, “hari ini tak bisa, bisakah lain kali kita bicarakan ini?”, “nanti kuhubungi lagi”, seperti itulah jawabannya saat aku mengajaknya untuk bertemu, terkadang pun ia sama sekali tak menjawab pesan ku. Aku sudah beberapa kali mencoba menelponnya, namun ia selalu saja tak mengangkatnya, kemudian ia mengirim pesan “maafkan aku, kirim pesan saja”. Apa ia sesibuk itu ditempatnya berkuliah? Apa ia sedang sibuk mengikuti perlombaan? Selalu banyak pertanyaan ku tentang Leo yang tiba tiba tanpa kabar seperti ini. Aku sama sekali tak terima jika ia memang benar benar sedang disibukan dengan kegiatan kampusnya, apa yang salah dengan hanya bertemu dengan ku, walaupun hanya berminum kopi di cafĂ© dekat kampusnya saja, mengapa itu pun tak bisa ia lakukan, ini keterlaluan.

Hari ini aku memutuskan untuk pulang kerumah, sudah sangat lama aku tak pulang, aku sangat merindukan keluargaku, dan juga stiker bintang yang menghiasi kamarku. Saat aku sampai dirumah, aku memutuskan untuk masuk kamarku dan menempelkan semua stiker bintang baru yang Leo berikan padaku. Setelah aku beristirahat sejenak, aku bertekad untuk mendatangi rumah Leo. Aku sangat penasaran dengan keberadaannya, jika memang ia tak ada disana, aku hanya akan menceritakan kekesalan ku pada orang tua Leo, karena Leo tak pernah mengabariku lagi.

Tak seperti dugaan ku, rumah Leo seperti kosong tanpa orang didalamnya, aku tak berpikiran mereka pindah rumah, karena aku melihat masih banyak barang barang Leo yang terdapat dihalaman rumahnya. Aku pun mencoba bertanya pada tetangga Leo yang berada di sebrang rumah Leo. “ah mereka? Jam segini mereka belum pulang menjaga nak Yong Gi di rumah sakit. Mungkin sore nanti mereka baru pulang” begitulah jawab bu Sutin tetangga Leo. Aku terkejut mendengar Yong Gi sedang berada di rumah sakit. tak lama dari itu, aku melihat mobil keluarga Leo datang. Ya itu adalah ibu dan bapanya Leo, aku lantas berlari menghampiri mereka dan menanyakan keadaan Leo. mereka menyuruhku untuk masuk terlebih dahulu ke rumah mereka, “Leo kelelahan karena jadwal kampusnya yang sangat padat, ia mengikuti banyak sekali kegiatan disana. Belum lagi ia banyak pulang pergi luar kota untuk mengikuti perlombaan” ucap mereka yang mejelaskan sebab Leo dirawat dirumah sakit. namun saat aku menanyakan alamat tempat Leo berada, mereka menyarankan ku untuk tak mengunjunginya sementara waktu karena Leo membutuhkan waktu istirahat full. Tanpa basa basi lebih panjang pun akhirnya aku mendengarkan mereka untuk tidak menghampiri Leo.

Aku merasa sangat kesal dengan semua kegiatan di kampus Leo, dibalik itu aku pun merasa bersalah pada Leo karena aku kurang mengerti dan memperhatikan kesehatannya. Tanpa berpikir panjang, saat aku kembali ke kota ku berkuliah, aku menghampiri Calvin, salah satu sahabat Leo yang aku kenal disana. Saat kami bertemu, aku banyak memarahi dia bahkan sebelum dia menjelaskan satu katapun. Hingga akhirnya ia memegang pundak ku, dan mengatakan “Yong Gi mengambil cuti 1 tahun sejak 7 bulan yang lalu”. Aku benar benar terkejut dengan apa yang dikatakan olehnya, aku langsung menanyakan alasan dibalik Leo mengambil cuti kuliah, aku bahkan tak percaya orang sepintar Leo untuk apa mengambil cuti kuliah.

“Yong Gi mengambil cuti sejak 7 bulan lalu, dan mulai melakukan pengobatan di California. Bagaimana bisa kau tak mengetahuinya? Ia mengidap acute myelogenous leukemia sejak masuk kuliah.” Aku sangat tak percaya dengan semua perkataan teman Leo ini, pasalnya Leo tak pernah mengatakan apapun tentang penyakit itu padaku. “lalu bagaimana perlombaannya di International Science and Engineering Fair? Orang tuanya bilang padaku ia sakit karena mengikuti banyak perlombaan” tanya ku dengan sangat kebingungan dengan pernyataan orang tua Leo yang jelas jelas sangat berbeda dengan pernyataan sahabat Leo yang satu ini. “kapan Yong Gi mengatakan itu padamu? Awalnya Yong Gi memang terpilih menjadi kandidat perlombaan, namun dia langsung menolaknya. Dan ia tak pernah mengikuti perlombaan sejak saat itu.” Aku benar benar hancur merasa sangat kecewa dengan semua kebohongan yang aku dapatkan dari Leo bahkan kedua orang tuanya. Tak tanggung tanggung, saat disitu pula aku menelpon Leo dengan meminjam handphone milik sahabat Leo ini. Seperti dugaan ku, Leo hanya tidak menerima panggilan dari nomor ku, terbukti dengan Leo langsung mengangkat panggilan masuk dari nomor milik Calvin ini.

“APA KAU GILA?! KAU BAHKAN TAK MENERIMA PANGGILAN MASUK KU, KAU JUGA MENGABAIKAN PESAN KU, SEKARANG KAU MEMBOHONGIKU DAN TIDAK MEMBERITAHU KU TENTANG LEUKEMIA YANG KAU DERITA?!” tanpa ucapan halus aku langsung membentaknya dengan nada tinggi, aku sangat kecewa dengan kejadian ini. “apa kau mau menemuiku?” jawab Leo dengan nada lemah pada ku. Aku merasa sangat khawatir dengan keadaannya, ia terdengar benar benar sangat tak berdaya. Setelah itu aku langsung pulang ke kota tempat tinggal ku, dan segara menuju rumah sakit tempat Leo dirawat.

Ini sudah hampir 2 minggu aku berada dirumah, aku disini hanya untuk menemani Leo yang masih dirawat di Cungha Hospital yang berada dikotaku. Semakin hari ia semakin mengecil, tenaganya pun terlihat melemah. Sejak aku mengetahui keberadaannya, aku langsung kemari dan memilih untuk mengambil cuti kuliah beberapa minggu. Aku benar benar tak bisa meninggalkan Leo yang semakin tak berdaya ini. “aku harus melakukan kemoterapi di Stanford Clinic and Hospital di California untuk beberapa kali pertemuan dalam 3 bulan, setelah itu aku mulai dirawat dirumah sakit ini. karena penyembuhan disana memakan biaya yang sangat mahal” ucap Leo saat kami sedang asik berbincang di malam hari tepat di taman rumah sakit. “apa itu alasannya kau selalu menolak ajakan ku?” tanya ku pada Leo, kemudian ia hanya mengangguk menandakan bahwa benar itu semua adalah alasan dibalik Leo selalu menolak ajakan ku untuk bertemu saat itu.

“ah aku ingin memberikan ini lebih awal. Ini sudah tahun ke 2 kita berkuliah. Ah tidak, bukan aku, tapi kamu. Hahaha” candaan Leo masih dapat ia lakukan walau keadaannya sudah sangat tak berdaya, ia pun memberikan ku sebuah kotak kecil. Ah ini bukan kotak asing lagi, ini adalah 3 stiker bintang setiap 1 tahun sekali. Kami pun menatap bulan yang sangat terang malam ini.

“kembalilah kuliah, aku tak akan membohongimu lagi. Sekarang aku akan selalu mengabarimu, walaupun hanya sebuah pesan singkat” ucap Leo dengan sedikit nada bentakan padaku. Aku hanya berbalik dan tersenyum kepadanya. Bukannya aku tak mau kembali berkuliah, aku hanya tak mau dibohongi dan dihindari olehnya lagi. itu sangat menyakitkan, Leo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halo semua..

Aku gak tau kalo ternyata menjadi manusia itu harus Sempurna.

Minggu, 19 Januari 2025 Masih awal tahun ya... Tapi hari ini aku tau, ternyata aku masih belum sebaik itu untuk hidup di dunia. Dengan adany...