“apa hari ini kau luang?” begitulah
pesan pembukanya. Saat aku baru saja selesai mata kuliah akhir di hari ini, aku
mendapatkan pesan dari Leo. Ia mengajak
ku ke sebuah restoran baru di dekat kampusnya. Ia bilang, jika ia sangat ingin
datang kesana, namun tak ada satu pun temannya yang mau diajak olehnya. Yang
pada akhirnya aku pun menerima ajakannya itu, karena ini merupakan kali pertama
kami bertemu lagi sejak kami mulai lulus ujian masuk kuliah sesuai dengan
kampus yang kami inginkan. Sesuai dengan yang diharapkan kami berdua, Leo telah
resmi menjadi mahasiswa Sugju Tachnology Institute, dan aku telah resmi menjadi
mahasiswa Social and Political Department University.
Tak lama aku menunggu di halte depan
kampusku , Leo datang dengan mengendarai motor ranger nya. Ya, ia yang
menjemputku, lagian aku tak ingin pergi kesana menggunakan kereta, karena
lokasi kampus Leo sangat jauh dari kampus ku. “aku dengar restoran ini sangat
unik, tempatnya bertemakan anime jepang” begitulah Leo membuka percakapan kami
saat diperjalanan. Leo sangat hafal jika aku menyukai hal hal berbau animasi,
bahkan dibandingkan dengan drama korea, aku lebih menyukai anime jepang. Saat
sampai di tempat tujuan, kami sangat menikmati suasana dan menu restoran ini,
bahkan kami memesan banyak makanan disini. Saat kami tengah asik menyantap
pesanan kami, tiba tiba Leo mendapat panggilan entah dari siapa, tapi setelah
selesai menjawab panggilan itu, “Mina, maafkan aku, tapi ini sangat mendadak,
aku dapat panggilan dari dosen untuk datang ke kampus, beberapa hari lagi aku
akan mengikuti International Science and Engineering Fair di Amerika, aku rasa
dosen menyuruhku untuk ikut berlatih, jadi maafkan aku. Sebagai gantinya aku
yang akan membayar semuanya. Oke byeee”. Dengan note bicara yang cepat ia pun
bergegas kembali ke kampusnya dan meninggalkan aku sendiri bersama makanan yang
jumlahnya cukup banyak ini. Sejak kami mulai berkuliah, kami tak pernah bertemu
seperti ini lagi, karena kami disibukan dengan segala kegiatan yang sangat
padat di kampus masing-masing. Ini adalah pertama kalinya kami bertemu lagi,
namun pada akhirnya kesibukan tetap memisahkan kita. Aku duduk disini sendirian
hingga beberapa menit setelah Leo meninggalkanku, setelah itu aku pun pulang
menggunakan kereta. Saat diperjalanan menuju rumah susun ku, aku mendapat pesan
dari teman kampus ku, “Mina, apa ini milik mu?” tak hanya itu, ia pun
mengirimkan ku sebuah foto binder dengan cover gambar-gambar kecil yang aku buat.
“sialan itu binder miliku!!” balas ku, dengan bergegas aku turun di station
selanjutnya, untunglah ini belum sampai station tujuan ku, aku pun kembali
menaiki kereta menuju ke kampus ku. Aku tak mengerti belakangan ini aku menjadi
sangat pelupa, bahkan barang yang sangat penting pun sering aku lupakan.
“Mina!!” teriak seseorang yang sangat
kencang yang memanggil namaku datang dari lantai 2 gedung A, sepertinya itu
tepat di depan kelas terakhirku tadi. Aku pun segera berlari ke tengah lapang
untuk memastikan suara itu, ternyata benar ada Stevi disana, dia memegang
binder ku yang ketinggal di kelas terakhir tadi. Saat aku akan berlari
mengambil binder itu, Stevi melemparkannya ke tengah lapang. Untung saja aku
dengan sigap segera berlari dan mengambil binder ku yang hampir saja menyentuh
lapang. “HYAA!! STEVI! APA MAKSUD MU?!” aku berteriak kencang di tengah lapang
karena kesal dengan tingkah Stevi yang tiba tiba melemparkan binder ku dari
lantai 2. Apa dia gila, ini binder kampus ku, dan ini milik ku, atas dasar apa
dia berani melemparkannya begitu saja. Tak lama saat aku menerima binder ku,
terdengar suara terompet yang sangat kencang dari arah tempat Stevi berdiri
tadi.
“Happy Birthday Mina~ Happy Birthday
Mina…” lantunan lagu yang dinyanyikan oleh banyak orang pun mulai terdengar,
dan saat itu pun terdapat spanduk besar yang di bentangkan dari lantai 2 gedung
A dan gedung D, lapang itu pun dikelilingi oleh spanduk besar dengan tulisan
“Happy Birthday, Park Mina” disertai kertas warna warni yang berjatuhan dari
dalam spanduk. Tiupan terompet pun semakin banyak terdengar, teriakan “Selamat
ulang tahun mina” pun terdengar dari berbagai sudut. Aku tak mengerti dengan
perbuatan gila mereka, ini sangat menyentuh perasaan ku. Sebab ini baru tahun
pertama aku kenal dengan mereka, tetapi disaat seperti ini, bahkan mereka
memberikan kejutan gila yang tak pernah aku duga. Tak sadar aku mulai
mengeluarkan air mataku karena terharu, tak lama aku tersedu menangis, mereka yang
berada di lantai 2 berteriak “berbaliklah!”. Aku pun berbalik badan, dan
ternyata aku melihat Leo yang berada tepat dibelakang ku dengan kue bertulisan
“Kambing tua” yang dibawanya. Leo hanya tersenyum saat aku berbalik badan, aku
pun mulai menutup wajah jelek ku yang sedang menangis haru. “tiuplah! Ini
sangat berat” ucap Leo sambil memberikan kue nya padaku. Kupikir ia memang
jahat, tapi apa pun yang terjadi dengannya, ini adalah pertama kalinya Leo memberika
kejutan untuk ku dan mengucapkan selamat ulang tahun beserta kue nya. Sangat
berbeda sekali dengan ulang tahun ku yang lalu-lalu, ia hanya mengucapkan
selamat tanpa memberiku apapun, bahkan tak jarang ia hanya mengucapkan lewat
panggilan telephone. Ini gila, ini membuatku semakin jatuh hati, ah tidak aku
benar benar dibuat jatuh olehnya.
Malam ini aku diantar pulang oleh Leo.
Saat perjalanan menuju rusun ku, Leo berhenti di sebuah tempat yang tepat
berada di pinggir tebing. Pemandangan di tempat ini memang terkenal indah,
terutama saat malam hari, citylights yang terlihat indah membuat langit malam
menjadi semakin sempurna. Saat kami sedang menikmati pemandangan indah ini,
tiba tiba Leo memberiku sebuah kotak kecil. “bukalah saat sudah sampai” ucap
Leo setelah memberikan ku kotak kecil itu. “ah stiker bintang tahun ini”
begitulah ucap hati ku. Saat kami sampai di kamar rusun ku, aku langsung
berpamitan dengan Leo, dan akupun tak lupa mengucapkan terimakasih untuk semua
kejutan yang baru saja ia berikan. “istirahatlah, kau sudah tua sekarang”
begitulah sekiranya candaan dia sebelum akhirnya ia pulang. Ia memang lupa
diri, setauku umur ku bahkan lebih muda darinya. Aku pun memasuki kamar ku,
belum saja aku duduk di kasur, suara Leo terdengar kembali. “aku melupakan ini”
ucapnya dari luar kamar ku. Namun seperti biasa saat aku membuka pintu, Leo tak
ada disana, yang ada hanya kotak kecil di bawah pintuku. “apa ini? Kotak
lagi?”. Saat ku membuka kotak yang baru saja Leo simpan di depan pintuku,
ternyata isinya adalah stiker bintang yang biasa ia berikan pada ku setiap
tahunnya. “lalu kotak yang sebelumnya?” aku pun segera membuka kotak yang
sebelumnya Leo berikan padaku, aku sangat terkejut saat membuka kotak itu,
isinya bukanlah stiker tambahan di tahun ini, melainkan sebuah kalung emas
putih dengan liontin berlian berbentuk bintang kecil. Ternyata ini adalah kado
pemberian Leo untuk ku, ini adalah kado pertama ku darinya, aku sangat bahagia
mendapatkannya.
Saat aku pindah ke kota ini, aku memilih
tak mencabut semua stiker bintang yang ada di jendela kamarku. Aku memutuskan
untuk membiarkannya menghiasi jendela kamarku disana, jadi stiker yang Leo
berikan ini, hanya ku simpan dalam kotaknya untuk kemudian aku bawa pulang
kerumah ku dan menempelkannya di jendela kamarku. Aku sangat bahagia hari ini,
terutama karna tingkah Leo yang membuat ku merasa sangat terharu. Kurasa besok
aku harus benar benar bertemu dan mengucapkan terima kasih padanya.
“ah maafkan aku Mina, hari ini aku
sangat sibuk” begitulah kiranya Leo menjawab pesan ku saat aku memintanya untuk
menjemputku. Itu sudah sangat lama saat aku ingin berterima kasih padanya. Ini
sudah bulan ke 8 sejak aku mendapatkan kejutan dari Leo, namun hingga saat ini
aku belum juga berterima kasih padanya. “maafkan aku, seminggu kedepan jadwal
ku padat sekali”, “hari ini tak bisa, bisakah lain kali kita bicarakan ini?”,
“nanti kuhubungi lagi”, seperti itulah jawabannya saat aku mengajaknya untuk
bertemu, terkadang pun ia sama sekali tak menjawab pesan ku. Aku sudah beberapa
kali mencoba menelponnya, namun ia selalu saja tak mengangkatnya, kemudian ia mengirim
pesan “maafkan aku, kirim pesan saja”. Apa ia sesibuk itu ditempatnya
berkuliah? Apa ia sedang sibuk mengikuti perlombaan? Selalu banyak pertanyaan
ku tentang Leo yang tiba tiba tanpa kabar seperti ini. Aku sama sekali tak
terima jika ia memang benar benar sedang disibukan dengan kegiatan kampusnya,
apa yang salah dengan hanya bertemu dengan ku, walaupun hanya berminum kopi di
café dekat kampusnya saja, mengapa itu pun tak bisa ia lakukan, ini
keterlaluan.
Hari ini aku memutuskan untuk pulang
kerumah, sudah sangat lama aku tak pulang, aku sangat merindukan keluargaku,
dan juga stiker bintang yang menghiasi kamarku. Saat aku sampai dirumah, aku
memutuskan untuk masuk kamarku dan menempelkan semua stiker bintang baru yang
Leo berikan padaku. Setelah aku beristirahat sejenak, aku bertekad untuk
mendatangi rumah Leo. Aku sangat penasaran dengan keberadaannya, jika memang ia
tak ada disana, aku hanya akan menceritakan kekesalan ku pada orang tua Leo,
karena Leo tak pernah mengabariku lagi.
Tak seperti dugaan ku, rumah Leo
seperti kosong tanpa orang didalamnya, aku tak berpikiran mereka pindah rumah,
karena aku melihat masih banyak barang barang Leo yang terdapat dihalaman
rumahnya. Aku pun mencoba bertanya pada tetangga Leo yang berada di sebrang
rumah Leo. “ah mereka? Jam segini mereka belum pulang menjaga nak Yong Gi di
rumah sakit. Mungkin sore nanti mereka baru pulang” begitulah jawab bu Sutin
tetangga Leo. Aku terkejut mendengar Yong Gi sedang berada di rumah sakit. tak
lama dari itu, aku melihat mobil keluarga Leo datang. Ya itu adalah ibu dan
bapanya Leo, aku lantas berlari menghampiri mereka dan menanyakan keadaan Leo.
mereka menyuruhku untuk masuk terlebih dahulu ke rumah mereka, “Leo kelelahan
karena jadwal kampusnya yang sangat padat, ia mengikuti banyak sekali kegiatan
disana. Belum lagi ia banyak pulang pergi luar kota untuk mengikuti perlombaan”
ucap mereka yang mejelaskan sebab Leo dirawat dirumah sakit. namun saat aku
menanyakan alamat tempat Leo berada, mereka menyarankan ku untuk tak
mengunjunginya sementara waktu karena Leo membutuhkan waktu istirahat full.
Tanpa basa basi lebih panjang pun akhirnya aku mendengarkan mereka untuk tidak
menghampiri Leo.
Aku merasa sangat kesal dengan semua
kegiatan di kampus Leo, dibalik itu aku pun merasa bersalah pada Leo karena aku
kurang mengerti dan memperhatikan kesehatannya. Tanpa berpikir panjang, saat
aku kembali ke kota ku berkuliah, aku menghampiri Calvin, salah satu sahabat
Leo yang aku kenal disana. Saat kami bertemu, aku banyak memarahi dia bahkan
sebelum dia menjelaskan satu katapun. Hingga akhirnya ia memegang pundak ku,
dan mengatakan “Yong Gi mengambil cuti 1 tahun sejak 7 bulan yang lalu”. Aku
benar benar terkejut dengan apa yang dikatakan olehnya, aku langsung menanyakan
alasan dibalik Leo mengambil cuti kuliah, aku bahkan tak percaya orang sepintar
Leo untuk apa mengambil cuti kuliah.
“Yong Gi mengambil cuti sejak 7 bulan
lalu, dan mulai melakukan pengobatan di California. Bagaimana bisa kau tak
mengetahuinya? Ia mengidap acute
myelogenous leukemia sejak masuk kuliah.” Aku sangat tak percaya dengan
semua perkataan teman Leo ini, pasalnya Leo tak pernah mengatakan apapun
tentang penyakit itu padaku. “lalu bagaimana perlombaannya di International
Science and Engineering Fair? Orang tuanya bilang padaku ia sakit karena
mengikuti banyak perlombaan” tanya ku dengan sangat kebingungan dengan
pernyataan orang tua Leo yang jelas jelas sangat berbeda dengan pernyataan sahabat
Leo yang satu ini. “kapan Yong Gi mengatakan itu padamu? Awalnya Yong Gi memang
terpilih menjadi kandidat perlombaan, namun dia langsung menolaknya. Dan ia tak
pernah mengikuti perlombaan sejak saat itu.” Aku benar benar hancur merasa
sangat kecewa dengan semua kebohongan yang aku dapatkan dari Leo bahkan kedua
orang tuanya. Tak tanggung tanggung, saat disitu pula aku menelpon Leo dengan
meminjam handphone milik sahabat Leo ini. Seperti dugaan ku, Leo hanya tidak
menerima panggilan dari nomor ku, terbukti dengan Leo langsung mengangkat
panggilan masuk dari nomor milik Calvin ini.
“APA KAU GILA?! KAU BAHKAN TAK
MENERIMA PANGGILAN MASUK KU, KAU JUGA MENGABAIKAN PESAN KU, SEKARANG KAU
MEMBOHONGIKU DAN TIDAK MEMBERITAHU KU TENTANG LEUKEMIA YANG KAU DERITA?!” tanpa
ucapan halus aku langsung membentaknya dengan nada tinggi, aku sangat kecewa
dengan kejadian ini. “apa kau mau menemuiku?” jawab Leo dengan nada lemah pada
ku. Aku merasa sangat khawatir dengan keadaannya, ia terdengar benar benar
sangat tak berdaya. Setelah itu aku langsung pulang ke kota tempat tinggal ku,
dan segara menuju rumah sakit tempat Leo dirawat.
Ini sudah hampir 2 minggu aku berada
dirumah, aku disini hanya untuk menemani Leo yang masih dirawat di Cungha
Hospital yang berada dikotaku. Semakin hari ia semakin mengecil, tenaganya pun
terlihat melemah. Sejak aku mengetahui keberadaannya, aku langsung kemari dan
memilih untuk mengambil cuti kuliah beberapa minggu. Aku benar benar tak bisa
meninggalkan Leo yang semakin tak berdaya ini. “aku harus melakukan kemoterapi
di Stanford Clinic and Hospital di California untuk beberapa kali pertemuan
dalam 3 bulan, setelah itu aku mulai dirawat dirumah sakit ini. karena
penyembuhan disana memakan biaya yang sangat mahal” ucap Leo saat kami sedang
asik berbincang di malam hari tepat di taman rumah sakit. “apa itu alasannya
kau selalu menolak ajakan ku?” tanya ku pada Leo, kemudian ia hanya mengangguk
menandakan bahwa benar itu semua adalah alasan dibalik Leo selalu menolak
ajakan ku untuk bertemu saat itu.
“ah aku ingin memberikan ini lebih
awal. Ini sudah tahun ke 2 kita berkuliah. Ah tidak, bukan aku, tapi kamu.
Hahaha” candaan Leo masih dapat ia lakukan walau keadaannya sudah sangat tak
berdaya, ia pun memberikan ku sebuah kotak kecil. Ah ini bukan kotak asing
lagi, ini adalah 3 stiker bintang setiap 1 tahun sekali. Kami pun menatap bulan
yang sangat terang malam ini.
“kembalilah kuliah, aku tak akan membohongimu
lagi. Sekarang aku akan selalu mengabarimu, walaupun hanya sebuah pesan singkat”
ucap Leo dengan sedikit nada bentakan padaku. Aku hanya berbalik dan tersenyum
kepadanya. Bukannya aku tak mau kembali berkuliah, aku hanya tak mau dibohongi
dan dihindari olehnya lagi. itu sangat menyakitkan, Leo.